• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19

Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19

  • 17 Desember 2020, 15:30 WIB
  • Oleh: Ika
  • 11663
 Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19
Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19
 Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19
Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19
 Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19
 Dokter RSA UGM Jelaskan Delirium Gejala Baru Covid-19

Delirium disebut-sebut menjadi salah satu gejala baru Covid-19. Penyakit ini diklaim banyak ditemukan pada pasien Covid-19 di usia lanjut atau lansia.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), dr. Fajar Maskuri, Sp.S., M.Sc., mengatakan delirium merupakan gangguan sistem saraf pusat berupa gangguan kognitif dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien Covid-19.

Ia menyampaikan terdapat sejumlah gejala delirium. Salah satunya adalah kebingungan pada pasien Covid-19. Lalu, disorientasi, bicara mengigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.

“Gejala-gejala itu munculnya fluktuatif dan biasanya berkembang cepat dalam beberapa jam atau beberapa hari,” jelasnya saat dihubungi Kamis (17/12).

Adapun penyebab delirium pada pasien Covid-19 disebutkan Fajar karena multifaktor. Salah satunya kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia. Berikutnya, adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), dan infeksi virus Covid-19 langsung ke saraf. Lalu, mekanisme autoimun pasca infeksi dan endoteliitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien, namun dengan intensitas lebih jarang dibandingkan mekanisme yang lain.

Lalu, seberapa sering delirium muncul pada pasien Covid-19? Fajar menjelaskan bahwa gangguan neurologis dapat terjadi pada sekitar 42.2 persen pasien Covid-19. Sementara manifestasi gangguan neurologis tersering pada pasien Covid-19 adalah nyeri otot (44.8 persen), nyeri kepala (37.7 persen), delirium (31.8 persen), dizziness (29,7 persen).

“Secara umum, delirium dialami pada 13-19 persen pasien Covid-19,” terangnya.

Lebih lanjut Fajar menjelaskan delirium ini rentan terjadi pada orang lanjut usia (lansia) atau di atas 65 tahun, terutama pada lansia yang lebih lemah. Terdapat beberapa kondisi lain yang menyerupai delirium Covid-19  pada lansia. Beberapa di antaranya delirium akibat gangguan kognitif yang bersifat fluktuatif seperti yang terjadi pada ensefalopati uremikum serta gangguan kognitif yang bersifat terus-menerus seperti pada demensia.

Delirium banyak dijumpai pada pasien Covid-19 lansia, tetapi bukan berarti pasien dengan  usia muda tidak bisa terkena delirium. Ditemukannya delirium pada pasien Covid-19 usia muda menandakan adanya ensefalopati akibat gangguan pernafasan yang berat.

Selain itu, delirium juga dapat terjadi pada pasien-pasien yang mendapat obat-obatan psikotropika karena kondisi penyakit tertentu. Oleh sebab itu, peran keluarga sangat penting untuk memberikan informasi tentang riwayat penyakit dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien kepada petugas medis saat pasien dirawat.

Delirium pada pasien Covid-19 disebutkan Fajar berhubungan dengan kegagalan sistem multi-organ. Karenanya pasien Covid-19 dengan gejala berat berisiko empat kali lipat mengalami delirium.

“Delirium pada Covid-19 berhubungan dengan pemanjangan masa rawat inap (length of stay) hingga 3x lipat,”ucapnya.  

Dalam jangka panjang delirium berhubungan dengan outcome fungsional yang lebih buruk pada pasien-pasien Covid-19 yang dirawat. Sebab, pasien membutuhkan pemantauan jangka panjang untuk menilai beban akibat delirium yang sebenarnya. Sementara pada beberapa pasien Covid-19 dengan gejala ringan yang tidak membutuhkan rawat inap dilaporkan mengalami gangguan konsentrasi yang terus-menerus dan penurunan memori jangka pendek (‘brain fog’). Oleh sebab itu, evaluasi sistem saraf dan kognitif menjadi penting untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut serta untuk menentukan terapi rehabilitasi yang dibutuhkan pasien.

“Karenanya kenali dan waspadai delirium yang dapat menjadi gejala awal Covid-19. Segera periksakan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat bila ada keluarga yang dicurigai mengalami kondisi delirium,” tegasnya.

Penulis: Ika
Foto: Ilustrasi

 

Berita Terkait

  • Dokter RSA UGM Jelaskan Gangguan Pendengaran Pada Pasien Covid-19

    Friday,26 March 2021 - 14:39
  • Pakar UGM Jelaskan Malaise Gejala Ringan Pasien Covid-19

    Tuesday,15 September 2020 - 12:05
  • Dokter RSA UGM Jelaskan Gangren Gejala Baru Covid-19

    Friday,05 March 2021 - 16:48
  • Kenali Gejala Long Covid Yang Bisa Muncul Usai Pulih dari Covid-19

    Thursday,18 February 2021 - 12:28
  • Pakar UGM Jelaskan Hiposmia Gejala Baru Covid-19

    Thursday,22 December 2022 - 15:30

Rilis Berita

  • FH UGM Gelar Konferensi Internasional Soal Problem Hukum di Era Pasca Pandemi 09 February 2023
    Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada menggelar konferensi intern
    Gusti
  • UGM Jamin Tidak Ada Mahasiswa Berhenti Kuliah Karena Persoalan Biaya 09 February 2023
    Universitas Gadjah Mada berkomitmen mendukung para mahasiswa untuk dapat menjalani perkuliahan hi
    Satria
  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual