• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM : Produksi Kedelai Nasional Perlu Direvitalisasi

Pakar UGM : Produksi Kedelai Nasional Perlu Direvitalisasi

  • 20 Januari 2021, 12:52 WIB
  • Oleh: Satria
  • 3575
  • PDF Version
Pakar UGM : Produksi Kedelai Nasional Perlu Direvitalisasi

Awal tahun 2021 ini, beberapa problem nasional bermunculan, seperti kenaikan kasus Covid-19 yang memaksa beberapa daerah kembali menerapkan PSBB hingga kelangkaan serta kenaikan harga kedelai di pasaran. Penyebab dari problem kedelai tersebut antara lain ditengarai dari kondisi negara penyuplai kedelai yang terkena La Nina, aksi mogok dan lonjakan permintaan dari Cina.

Subejo, SP., M.Sc., Ph.D., Dosen Fakultas Pertanian UGM, menilai kondisi ini sebenarnya sudah dapat diduga dilihat dari fakta kondisi konsumsi dan produksi kedelai di Indonesia. Pertama adalah fakta kebutuhan kedelai yang meningkat terus menerus seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Terlebih, kedelai telah menjadi bahan baku tempe dan tahu yang merupakan lauk keseharian bagi seluruh lapisan masyakarat di Indonesia.

“Data dari Kementerian Pertanian (2018) menunjukan adanya tren peningkatan konsumsi kedelai perkapita/tahun, yaitu pada tahun 2017 di angka 8,776 Kg/kapita/tahun menjadi 8,857 Kg/kapita/tahun di tahun 2018. Dengan peningkatan kebutuhan kedelai sebagai bahan baku langsung produk pangan maupun bahan baku berbagai produk pangan ikutan maka ketergantungan pada kedelai semakin membesar pula,” ungkapnya, Rabu (20/1).

Hal yang kedua yang disoroti Subejo adalah fakta produksi kedelai nasional cenderung menurun atau stagnan. Secara historis, ia menyebut sebenarnya Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai pada 1990-an, yakni ketika produksi kedelai lebih dari 1,5 juta ton/tahun. Namun, seiring dengan peningkatan kebutuhan dan juga berbagai problem produksi maka kapasitas produksi nasional stagnan,  bahkan dalam beberapa tahun kurang dari 900.000 ton/tahun. Terakhir, tahun 2020 kemarin produksi mendekati 1 juta ton, tetapi masih jauh dari kebutuhan nasional yang lebih dari 2 juta ton/tahun.

Subejo menambahkan bahwa produksi kedelai yang lebih kecil dibanding jumlah yang diproduksinya itu juga tidak banyak mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun petani di Indonesia. Hal itu terjadi karena menurut mereka kedelai dinilai kurang menguntungkan dan menarik, baik dari segi harga hingga kapasitas produksinya. Belum lagi, produk kedelai lokal mendapat serbuan dari produk impor yang murah karena mendapat subsidi dari negara produsennya serta turut disambut baik oleh pemerintah dan para distributor lokal.

Secara geografis, Subejo juga menjelaskan bahwa kapasitas produksi Indonesia sebagai negara tropis memang tidak bisa sepenuhnya berkompetisi dengan kapasitas produksi di negara empat musim. Rata-rata produksi kedelai di Indonesia kurang dari 1,5 ton/ha, sementara di negara-negara empat musim bisa mencapai lebih dari 2, ton/ha bahan ada yang mencapai rata-rata 3 ton/ha.

Oleh karenanya, Subejo menyebut bahwa saat ini merupakan momentum bagi pemerintah pusat dan poemerintah daerah, termasuk desa, yang memiliki lahan pertanian potensial. Mereka dapat memberikan dukungan infrasrtuktur, pasca panen, dan sistem tata niaga yang efisien untuk merevitalisasi kapasitas produksi kedelai nasional.

“Jika kebijakan dan program revitalisasi kedelai dilakukan secara terintegrasi mulai aspek hulu sampai hilir nampaknya sangat prospektif menyelesaikan problem ketergantungan impor kedelai. Jika ketergantungan kedelai impor mengecil, goncangan harga di pasar internasional relatif tidak terlalu menganggu harga kedelai di pasar nasional,” paparnya.

Subejo menyebut bahwa kementerian pertanian dapat mulai dengan berkerja sama dengan perguruan tinggi untuk terus mengembangkan berbagai benih kedelai unggul yang sesuai dengan kondisi daerah/lokal. Selain itu, dukungan insentif dan tata niaga yang baik perlu didorong.

Hal lain yang penting, menurut Subejo yakni perlunya pembatasan impor kedelai sehingga akan mendorong harga kedelai lokal dan pada gilirannnya akan mendorong peningkatan kapasitas produksi nasional. Penyuluhan pada petani dan pendampingan intensif juga sangat penting sehingga adopsi petani pada kedelai varietas baru yang prospektif bisa lebih cepat dan stabilitas produksi dapat dijaga.

“Beberapa hasil pemuliaan kedelai unggul nasional menunjukkan hasil yang cukup prospektif dengan produktivitas di atas 2 ton/ha. Salah satunya kedelai hitam Mallika yang dikenalkan oleh UGM. Pemerintah perlu mengadopsi benih-benih kedelai yang potensi produksinya tinggi dengan dukungan infrastruktur, input, dan sistem pemasaran yang lebih efisien. Hal ini akan sangat prospektif mengangkat harga kedelai lokal. Dengan demikian, produksi kedelai menjadi lebih kompetitif dan di sisi lain ketergantungan pada kedelai impor semakin menurun,” pungkasnya.

Penulis: Hakam
Foto: bisnis.tempo.co

 

Berita Terkait

  • Produksi Kedelai Nasional Masih Rendah

    Thursday,07 May 2015 - 13:52
  • Mary Astuti : Petani Kedelai Sudah Lama Ditelantarkan, Saatnya Diperhatikan

    Wednesday,16 January 2008 - 16:54
  • UGM melepaskan ‘Mallika’ sebagai Varietas Unggul Nasional

    Monday,10 September 2007 - 15:54
  • Pakar UGM: Indonesia Krisis Kedelai Karena Lahan Berkurang

    Wednesday,11 September 2013 - 14:13
  • Setyastuti, Si Pengembang Kedelai Mallika Raih Doktor

    Wednesday,03 December 2014 - 16:20

Rilis Berita

  • Pakar Hukum UGM: Soal Korupsi Kuncinya Integritas 01 March 2021
    Agung
  • Virtual Police Diharapkan Objektif dan Perhatikan Hak Digital Pengguna Medsos 26 February 2021
    Polri mulai menjalankan program virtual police yang bertugas mengawasi konten di dunia maya terma
    Ika
  • BIG Harapkan PPIDS UGM di Level Universitas 26 February 2021
    Badan Informasi Geospasial (BIG) melakukan kunjungan ke Universitas Gadjah Mada. Kunjungan dipimp
    Agung
  • Pakar Linguistik UGM Soroti Penurunan Kemampuan Bahasa Siswa Selama Pandemi 26 February 2021
    Pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir ini mengharuskan proses pendidikan dilakukan secara d
    Gusti
  • UGM Terlibat dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Indonesia-Inggris 26 February 2021
    Universitas Gadjah Mada bersama Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, University
    Gloria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

Tidak ada agenda terbaru saat ini

Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
Kontak sementara selama COVID-19
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599 (WhatsApp)

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2021 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual