Anosmia atau hilangnya kemampuan penciuman menjadi salah satu gejala yang dialami pada pasien Covid-19. Lalu, apakah gejala ini sifatnya sementara atau permanen?
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL., mengatakan kemampuan penciuman dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia pada pasien Covid-19 cukup beragam. Anosmia bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan. Kendati begitu, dalam beberapa kasus anosmia bersifat permanen.
“Ada yang bisa pulih dari anosmia, tetapi ada yang menetap atau tidak pulih. Namun, sejauh ini lebih banyak yang pulih,” jelasnya saat dihubungi Kamis (25/2).
Boni, begitu biasa ia disapa, mengungkapkan ada pasien Covid-19 yang ditanganinya lama pulih dari anosmia. Hingga dua bulan pasca terjangkit virus corona tak kunjung menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada kemampuan penghidu atau penciumannya.
“Salah satu pasien saya ada yang sampai 2 bulan pasca Covid-19 tidak juga pulih,” sebutnya.
Untuk saat ini dikatakan Boni memang belum ada panduan standar untuk membantu mengembalikan fungsi penciuman pasien Covid-19. Meskipun demikian, terapi atau latihan dengan memberikan stimulasi pada indera penciuman dapat dilakukan guna mendorong kesembuhan. Misalnya, berlatih mengendus setiap hari dengan menggunakan aroma berbeda-beda. Misalnya, aroma lemon, minyak atsiri, kopi, dan lainnya.
“Penggunaan aroma-aroma tersebut dapat untuk melatih penghidu. Berhasil tidaknya ini tentu tergantung dari derajat kerusakannya,” terangnya.
Hilangnya kemampuan penciuman ini memiliki akibat yang tidak bisa disepelekan. Sebab, bisa berdampak pada kualitas hidup seseorang.
“Kalau tidak bisa menghidu, nanti aroma makanan juga tidak bisa tercium dan ini dapat menurunkan selera makan. Dalam jangka panjang bisa memengaruhi kualitas hidup,” urainya.
Penulis: Ika
Foto: Shutterstock.com
Foto: Shutterstock.com