Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM menyelenggarakan International Conference of Advanced Veterinary Science and Technologies for Sustainable Development (ICAVESS) pada 28-29 Maret 2021. ICAVESS merupakan konferensi internasional sebagai satu rangkaian acara tahunan pertemuan Dekan Asian Association of Veterinary Schools (AAVS). Penyelenggaraan ini didukung oleh badan kesehatan hewan dunia (OIE) representasi regional Asia Pasifik.
ICAVESS ini merupakan yang pertama kalinya digelar. Awalnya konferensi ini rencananya digelar tahun 2020 lalu secara tatap muka, namun batal akibat pandemi Covid-19. Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama konferensi ini digelar kali ini secara daring dengan tetap dirangkai dengan pertemuan para dekan AAVS yang telah digelar 26 Januari 2021 lalu. Tema ICAVESS ke-1 ini adalah “Synergizing Sciences for Sustainable Animal, Human and Environmental Qualities in Global Change”.
Pembicara tamu yang hadir secara virtual adalah Prof. Michael P. Reichel (Department of Population Medicine & Diagnostic Science, College of Veterinary Medicine, Cornell University, Ithaca, New York, USA), Prof. Carlos Hermosilla (Justus Liebig Universitaet Giessen, Germany), dan Assistant Prof. Dr. Chenpop Sawangmake (Veterinary Stem Cell and Bioengineering Innovation Center [VSCBIC]; Faculty of Veterinary Science, Chulalongkorn University, Thailand) untuk hari pertama.
Pada hari ke dua hadir sebagai pembicara Prof. Masatoshi Hori (Graduate School of Agriculture and Life, Uni Tokyo, Japan) yang juga sebagai President AAVS, PD Dr. rer. nat. habil. Sonja Kleinertz (Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB), dan Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama (FKH UGM).
Variasi dari para pembicara yang berasal dari berbagai bidang penelitian di bidang kesehatan hewan, termasuk satwa air dan lingkungan, sejalan dengan semangat UGM yang disampaikan Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa mengembangkan kolaborasi dari berbagai bidang keilmuan sangat diperlukan saat ini dan semakin penting untuk kehidupan berkelanjutan di masa mendatang.
Pada webinar internasional ini juga dibahas tema pengembangan kurikulum pendidikan kedokteran hewan di beberapa universitas di Asia da keterkaitannya dengan kesehatan manusia dan lingkungan. Tema ini menjadi bahasan utama dekan-dekan AAVS dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dalam menyiapkan lulusan dokter hewan di wilayah Asia. Hal itu khususnya menghasilkan dokter hewan yang siap menghadapi tantangan satu kesehatan (One Health) yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan, termasuk aspek sosial ekonomi di dalamnya.
Dalam diskusi tentang pendidikan dokter hewan dalam masa pandemi Covid-19, terungkap kondisi memaksa semua FKH di Asia dan dunia untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan kombinasi daring dan luring. Penggunaan metode pembelajaran virtual dilaksanakan di semua universitas untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan. Namun, untuk pendidikan profesi dokter hewan harus tetap dilakukan metode luring untuk memenuhi kompetensi motorik dan perilaku sebagai bagian tak terpisahkan dalam pendidikan dokter hewan.
Hal ini dikemukakan para pembicara dalam sesi akademik dari pimpinan FKH yang tergabung dalam AAVS. Mereka mengungkapkan bahwa perlu standar proses pembelajaran yang menjamin tercapainya kompetensi sesuai komptensi lulusan dokter hewan internasional (Day One Competency for Veterinarian) yang disusun oleh OIE dalam sistem pembelajaran di era kenormalan baru saat ini.
Dekan FKH UGM, Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia, dalam sambutan penutupan ICAVESS, memaparkan bahwa FKH UGM juga telah berkolaborasi dengan berbagai institusi luar negeri dalam berbagai aktivitas penelitian. Pada tahun 2020, dosen FKH UGM juga berperan aktif dalam pembentukan Konsorsium Epidemiologi Veteriner Asia Pasifik (APCOVE) bersama dengan 40-an epidmiologis veteriner dari negara-negara Asia, Australia, dan Selandia Baru.
Bebagai aktivitas tersebut, menurut Dr. Isrina, menjukkan bahwa tema ICAVESS ini tidak hanya sebatas gagasan dan wawasan dalam ruang. Namun, hal ini benar-benar menggambarkan sebuah aksi nyata dalam menghasilkan dokter hewan yang mampu membangun satu kesehatan (one health) yang komprehensif dan berkelanjutan.
“Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih harus dimaknai secara bijaksana. Hal itu yakni dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan yang bertujuan untuk menjamin sumber daya alam yang dapat diwarisi oleh generasi penerus,” terangnya.
Ketua panitia pelaksana ICAVESS, Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho M.P., menjelaskan peserta yang mendaftar webinar internasional ini tercatat mencapai lebih dari 300 orang. Hal itu melibatkan 130 presenter makalah dalam paralel kelas yang berasal dari Pakistan, Malaysia, Thailand, Philiphina, Jepang, Hongkong, dan Indonesia. Tidak hanya itu, latar belakang bidang pekerjaan peserta presentasi makalah sesi paralel juga beragam, dari institusi pendidikan, penelitian, ataupun lembaga konservasi/lembaga non pemerintah.
Panitia telah memiliki komitemen dengan beberapa international publisher untuk menerbitkan artikel-artikel terpilih ke jurnal intenasional bereputasi. Hal itu seperti Journal of Veterinary Science (Q2), Internasional Jurnal of One Health (Q3 scopus), Journal Biodiversitas (Q3) dan Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture (Q3), serta international proceeding Bioweb Of conferrence. Dengan demikian, luaran dari konferensi internasional ini dapat memberi manfaat yang lebih khususnya bagi para presenter/penulis.
Penulis: Hakam