Tim mahasiswa UGM yang terdiri dari Savira Noor Febry, Risa Dewi Ariani, dan Ulayya Zahiyatul Arifin dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Tasnim Arma Fauzia dan Naufal Habibi dari Fakultas Teknik mengembangkan pelatihan wirausaha bagi santri Panti Rehabilitasi Pondok Tetirah Dzikir melalui pelatihan pembuatan batik jumputan dan ecoprint. Selain pelatihan produksi batik, santri di pondok juga diajarkan bagaimana cara untuk memasarkan produk sehingga hasil karya santri tidak lagi menumpuk di pondok seperti sebelumnya. “Harapannya, hasil dari penjualan produk tersebut dapat membantu menambah dana operasional pondok yang selama ini banyak bergantung pada donasi pihak luar,”kata Savira dalam rilis yang dikirim Selasa (19/10).
Menurut Savira, pondok pesantren pada umumnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan baik dari sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang tersedia di pondok. Kegiatan pelatihan melibatkan santri-santri yang sudah beberapa kali melakukan pembuatan batik jumputan dan ecoprint, santri menghasilkan sekitar 40 kaos jumputan dan beberapa meter ecoprint. “Kegiatan pemasaran telah menghasilkan sebanyak 17 kaos batik jumputan yang terjual,” kata Savira seraya menyebutkan bahwa program yang mereka lakukan dalam rangka pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berbasis pemberdayaan masyarakat.
Santri bersama dengan tim PKM menurut Savira juga melakukan penyusunan unit usaha dengan tujuan keberlanjutan dan mampu berjalan secara mandiri. Dalam kepengurusan unit usaha ini, santri-santri diposisikan di berbagai bidang seperti pemasaran, produksi, distribusi, dan trainer. Bahkan, tim dan santri melakukan pemasaran dengan pembuatan media sosial instagram agar memudahkan promosi dan kerja sama. “Dalam kegiatan pemasaran, telah berhasil menjangkau beberapa influencer,” paparnya.
Rizal selaku penanggung jawab dan pengurus Panti Rehabilitasi Pondok Tetirah Dzikir mengungkapkan bahwa yang dilaksanakan oleh mahasiswa UGM ini mampu memberikan semangat berwirausaha para santri dan penambahan keterampilan baru bagi para santri. “Para santri menjadi lebih mengekspresikan emosinya melalui media batik ecoprint dan jumputan,”katanya.
Rizal berharap program ini mampu menciptakan iklim berwirausaha di lingkungan Panti Rehabilitasi Pondok Tetirah Dzikir sehingga memiliki pemasukan tambahan di luar donasi eksternal. Namun lebih dari itu, program ini juga memaksimalkan serta meningkatkan keahlian santri melalui batik jumputan, ecoprint, dan pemasaran. “Setelah kembali ke lingkungan masyarakat, kita harapkan para santri dapat hidup mandiri sebagai individu yang merdeka,”pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson