Dubes Norwegia untuk ASEAN, HE Kjell Tormod Pettersen, melakukan kunjungan ke Prodi Magister Manajemen FEB UGM, Senin (7/3). Selain melakukan kunjungan, Tormod juga menyampaikan kuliah umum di hadapan 23 mahasiswa yang lolos seleksi program ASEAN Master Manajemen Berkelanjutan. Para mahasiswa ini merupakan hasil seleksi dari 90 pendaftar. Keduapuluh tiga mahasiswa ini berasal dari 8 negara yakni Indonesia sebanyak 6 orang, sementara sisanya berasal dari Malaysia, Vietnam, Filipina, Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja.
Sekretaris prodi MM FEB UGM, Rocky Adiguna, Ph.D., mengatakan program ASEAN Master Manajemen Berkelanjutan merupakan inisiasi dari Pemerintah Norwegia. Pada pelaksanaannya, Kedutaan Besar Norwegia bekerja sama dengan ASEAN University Network (AUN). Kemudian AUN menunjuk UGM sebagai pelaksana program. “Para mahasiswa ini kuliah penuh di MM UGM. Sudah berjalan sejak Agustus 2021 lalu. Saat ini masuk ke Semester 2 dari program. Nanti di Semester 3, mereka akan menjalani internship dan tesis, termasuk kesempatan untuk mengambil double-degree di University of Agder, Norwegia,” kata Rocky di sela-sela acara.
Para mahasiswa yang terpilih ini mendapatkan beasiswa penuh berupa biaya hidup dan biaya kuliah dari pemerintah Norwegia. Melalui program ini pemerintah Norwegia berharap ada transfer pengetahuan dan menciptakan dampak positif terhadap permasalahan keberlanjutan lingkungan yang dihadapi kawasan ASEAN dan global.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Prof. Dr. Paripurna Sugarda, mengatakan program The ASEAN Master in Sustainability Management merupakan program studi yang unik dan tepat untuk mewujudkan semangat komitmen ASEAN dan Norwegia untuk mengatasi persoalan pelestarian lingkungan. “Kolaborasi ini sangat penting untuk mewujudkan program ini. UGM melalui AUN sebagai pelaksana program tersebut,” katanya.
Menurut pandangan Paripurna, konsep pembangunan manajemen berkelanjutan sangat penting di era sekarang ini. Meski bisnis perdagangan global bisa membawa kesejahteraan bagi bangsa. Namun begitu, bisnis juga memberi dampak dampak dari krisis iklim dan dampak lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperbaharui tujuan mendasar dari bisnis dan organisasi sebagai kekuatan untuk kebaikan terhadap lingkungan dan masyarakat. “Laba seharusnya tidak menjadi satu-satunya ukuran kinerja. Tantangannya kemudian adalah memastikan bahwa kita mewariskan bumi ini kepada anak cucu kita tidak dalam kondisi yang lebih buruk dari sekarang ini nantinya. Untuk itu tantangan inilah yang mengawali adanya program pendidikan pembangunan berkelanjutan di lingkungan ASEAN ini digagas,” ujarnya.
Sementara Dubes Norwegia untuk ASEAN, HE Kjell Tormod Pettersen, dalam kuliah umumnya mengatakan pihaknya terus mendorong kerja sama politik dan keamanan terutama dalam hal mendorong rekonsiliasi dan keamanan, good governance dan penegakan HAM. Selanjutnya kerja sama ekonomi di negara ASEAN dilakukan dalam ruang lingkup bidang energi dan perdagangan bebas. Sementara bidang sosial budaya menekankan pada isu soal perubahan iklim, keberlanjutan di bidang kelautan, perlindungan lingkungan, pendidikan dan kerja sama antara warga ASEAN dan Norwegia.
“Program yang tengah berlangsung saat ini ASEAN Master Management Sustainability, memerangi sampah laut, program pengembangan energi bersih, mewujudkan perdamaian dan keamanan, pemberdayaan perempuan secara bijaksana,” ujarnya.
Menurutnya ada beberapa tantangan ke depan yang dihadapi oleh ASEAN dan Norwegia dalam memperkuat kerja sama yang lebih lanjut yakni mengurangi tensi geopolitik yang kian memanas, integrasi ekonomi, agenda perubahan iklim, ekonomi hijau, polusi udara dan laut, penegakan ham, perdagangan gelap dan menengahi konflik politik di Myanmar.
Penulis : Gusti Grehenson