Bayer Foundation merupakan organisasi asal Jerman yang memberikan beasiswa bagi peneliti-peneliti muda di bidang sains untuk melakukan kolaborasi riset di negara lain selama masa studi. Tahun ini, Bayer Foundation telah mengumumkan 41 peneliti muda yang mendapatkan beasiswa di bidang medical sciences, agricultural science, dan drug discovery. Salah satu peneliti muda Indonesia yang terpilih adalah Tiara Putri, S.Si., M.Sc., mahasiswa doktor Fakultas Biologi, UGM. Tiara terpilih untuk menjalankan program double degree di Department of Molecular Genetics and Infection Biology, Universitat Greifswald, Jerman.
Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Insights Into the Co-infection of Streptococcus pneumoniae in the Upper Respiratory Tract of COVID-19 Virus Infected Children”. Penelitian yang dipromotori oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. (Dekan Fakultas Biologi UGM) dan Prof. Dr.rer.nat. Sven Hammerschmidt (Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitat Greifswald) ini dilatarbelakangi oleh pandemi Covid-19 yang telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menjadi pandemi pertama di abad ke-21.
“Sebagai seorang ibu dari dua anak, fokus utama saya adalah kesehatan keluarga saya terutama anak-anak. Pengaruh lockdown ini jelas memberikan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental anak-anak,” paparnya pada Jumat (12/8).
Tiara menyampaikan bahwa ketika studi awal anak-anak tidak banyak berkontribusi terhadap penyebaran virus ini. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak mampu menyebarkan infeksi. Selain itu, juga diketahui bahwa beberapa bakteri oportunistik di saluran pernapasan bagian atas berperan penting dalam tingkat morbiditas pasien, salah satunya S. pneumoniae.
“Sebagai peneliti, kita perlu mengembangkan pengetahuan melalui riset yang tepat sasaran untuk masa depan anak-anak kita, karena merekalah yang nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa,” ujarnya.
Dalam pandemi influenza sebelumnya, S. pneumoniae adalah bakteri yang paling banyak ditemukan pada pasien yang meninggal akibat pneumonia. Indonesia merupakan negara dengan penderita pneumonia terbesar ke-6 di dunia, namun data mengenai penyebaran pneumococcus di Indonesia masih minim.
“Penelitian ini juga berkolaborasi dengan Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman – BRIN, yang telah banyak berkontribusi dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia. Tujuannya untuk mendeteksi keberadaan S. pneumoniae pada saluran pernafasan bagian atas dan memahami akibat ko-infeksi bakteri ini terhadap infeksi virus Covid-19,” tuturnya.
Selaku promotor, Budi memaparkan bahwa Riset Biomedis dan Biologi Molekuler khususnya yang fokus terhadap kasus ko-infeksi antara bakteri pneumokokus dengan Covid-19 masih jarang dilakukan di Indonesia maupun di dunia.
“Semoga hasil risetnya dapat digunakan untuk prevensi/pencegahan dan penyembuhan kedua penyakit tersebut,” papar Budi.
Tiara berpesan kepada seluruh sivitas akademika UGM untuk tetap bangkit dan berjuang ketika menghadapi kegagalan.
“Pilihan untuk kuliah di UGM, baik untuk mahasiswa S1, S2 maupun S3 ini merupakan jalan yang telah kita tentukan sendiri demi masa depan yang lebih baik. Karena kita telah menentukan pilihan, maka harus disyukuri dan dijalani dengan sebaik-baiknya sampai tuntas,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa tidak pernah membayangkan bisa mencapai titik ini.
“Membesarkan dua anak sambil LDR dengan suami, sekaligus menjadi mahasiswa S3 dan instruktur zumba. Sungguh sangat menyita waktu dan tenaga. Namun prinsip saya: Just do it! Berusaha, bekerja dan berdoa. Ketiganya saya anggap ibadah sehingga akhirnya saya diberi rejeki tidak terduga berupa beasiswa Bayer Foundation di tahun 2022 ini,” ucap Tiara.
Penulis: Desy