Tim peneliti UGM yang dipimpin oleh Prof. Dr.med. dr. Retno Danarti, Sp.KK(K) mengembangkan formula gel timolol maleate sebagai terapi baru penyembuhan tumor pembuluh darah hemangioma infantil.
Tumor jinak ini paling sering ditemukan pada bayi dan anak, didapatkan sekitar 4%-10% bayi pada tahun pertama kehidupan.
“Kami memberikan terapi timolol maleate pada pasien-pasien dengan tumor jinak pembuluh darah yang menunjukkan perbaikan lesi setelah 6 bulan pemakaian topikal,” terang Retno.
Hingga saat ini, penyebab dari hemangioma infantil belum diketahui secara pasti. Tumor ini biasanya ditemukan saat lahir berupa bercak kemerahan yang makin lama makin membesar, dan ditangani dengan terapi menggunakan obat topikal.
Meskipun tidak membahayakan kehidupan dan terkadang mengecil dengan sendirinya, tumor yang letaknya di permukaan ini bisa membawa dampak psikologis pada orang tua dan anak serta mengganggu penampilan apabila terletak pada wajah atau area tubuh yang terlihat.
Obat yang telah digunakan secara luas untuk terapi adalah krim kortikosteroid yang mudah didapatkan dengan biaya terjangkau. Meski demikian, penggunaan kortikosteroid hanya menunjukkan respon baik pada 30% pasien.
“Dengan diketahuinya banyak efek samping kortikosteroid dan responnya yang kadang gagal atau kurang baik, diperlukan alternatif terapi topikal lain,” ucapnya.
Retno menerangkan, timnya mulai meneliti terapi ini setelah mengikuti World Congress of Pediatric Dermatology di Bangkok pada tahun 2009. Pada saat itu salah satu pembicara mempresentasikan terapi baru untuk hemangioma infantil yaitu preparat beta blocker oral dan topikal.
Tim ini kemudian mencari data pasien yang terdiagnosis hemangioma infantil, dan melakukan penelitian pendahuluan selama sekitar 8 bulan. Mereka memberikan obat tetes mata timolol maleate 0,5%, obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan bola mata pada pasien glaukoma, sebagai suatu beta bloker non selektif untuk pasien-pasien dengan diagnosis hemangioma infantil.
Perlakuan ini diberikan selama 6 bulan, dan dievaluasi setiap 1 bulan. Dari penelitian yang dilakukan pada rentang waktu tahun 2009 – 2014, pemberian obat tersebut selama 6 bulan dapat menghambat berkembangnya tumor dan memicu terjadinya pengecilan tumor. Pemberian timolol maleate topikal dalam bentuk tetes mata mendapatkan angka respon 90%, meskipun terkadang tidak didapatkan resolusi sempurna.
“Keuntungan pemakaian timolol maleate secara topikal adalah harga relatif murah, pemakaian mudah, dan risiko minimal dari kejadian efek samping obat meskipun diberikan pada wajah dan area sekitar mata,” kata Retno.
Setelah menyelesaikan riset awal, saat ini tim peneliti tengah mengembangkan formula gel timolol maleate nanopartikel sebagai kandidat terapi topikal hemangioma infantil superfisial.
Obat dalam bentuk gel, menurutnya, memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan produk tetes. Pelepasan obat timolol maleate dapat dikontrol (sustained release) sehingga konsentrasi obat tetap konstan dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu, frekuensi pemakaian dapat dikurangi menjadi hanya satu kali sehari, dibandingkan dengan dua kali sehari pada penggunaan produk tetes, dan obat berbentuk gel tidak mudah menetes ke kulit normal ketika dioleskan.
“Apabila sudah ditemukan formulasi optimal dan dilakukan uji penetrasi pada kulit sintetis, kami akan bekerjasama dengan pabrik farmasi untuk memproduksi gel tersebut, dan diberikan kepada pasien setelah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FK-KMK UGM,” lanjutnya.
Penulis: Gloria