PT. Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk Cilacap, unit usaha dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG, bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Matching Fund Dikti melakukan inovasi program dekarbonisasi (penyerapan CO2) dengan mikroalga. Kesepakatan kerja sama ditandai dengan dilaksanakannya kick off atau pencanangan program di kompleks pabrik semen PT SBI Tbk Cilacap.
“Ini merupakan terobosan yang bagus oleh dunia industri khususnya industri semen seperti Solusi Bangun Indonesia dengan memanfaatkan mikroalga untuk menyerap CO2 (karbondioksida) di lingkungan operasional perusahaan dan juga area publik,” ujar Prof. Ir. Arief Budiman, D.Eng., IPU, Direktur Center of Excellence for Microalgae Biorefinery, Pusat Studi Energi UGM, di Kompleks Pabrik Semen PT SBI Tbk Cilacap, Kamis (13/10).
Penggunaan mikroalga ini, menurut Arief Budiman, sesuai dengan kemampuan mikroalga untuk melakukan fotosintesis dengan menyerap CO2 dan menghasilkan oksigen. Fotosintesis mikroalga ini menjadi salah satu penyumbang oksigen di dunia.
Dalam program dekarbonisasi ini UGM dan SBI mengembangkan inovasi sistem kultivasi kolam terbuka dengan menggunakan sistem bubbling. Kelebihan sistem ini adalah banyak CO2 yang terserap oleh mikroalga.
Dengan begitu maka dengan scale-up kapasitas kultivasi menjadi 100.000 liter yang dibangun di kompleks pabrik semen ini diharapkan akan banyak CO2 yang terserap. Pencanangan kerja sama juga ditandai dengan penyerahan dan penaburan bibit mikroalga di rumah budi daya alga serta peletakan batu pertama pembangunan rumah alga yang ketiga.
Arief Budiman menjelaskan Solusi Bangun Indonesia (SBI) telah mengembangkan dan membudidayakan mikroalga sejak tahun 2021. Awalnya dengan kapasitas 15.000 liter di lahan infrastruktur atau rumah mikro alga seluas 180 m3 ( 12 m x 15 m ) dan terus diduplikasi atau dikembangkan untuk tahap kedua di lahan seluas 252 m2 ( 14 m x18m ).
“Pengembangan akan terus dilakukan dengan penyiapan lahan untuk tahap ketiga dengan luasan 525 m2 atau 15 m x 35 m. Dengan ini diharapkan akan tercapai kapasitas hingga 100.000 liter,” jelasnya.
Ir. Oepoyo Prakoso, SVP of Sustainable Office SIG menambahkan hadirnya budi daya pengembangan mikroalga adalah langkah nyata dalam mengurangi emisi CO2 atau dekarbonasi akibat pemanasan global dan efek rumah kaca. Hal ini, menurutnya, sesuai dengan visi strategi sustainable development 2030 yang menargetkan mampu mengurangi emisi CO2 dari proses produksi sebesar 29 persen dibandingkan emisi kami di tahun 2010.
Oepoyo menjelaskan mikroalga adalah jasad renik yang termasuk tumbuhan bersel tunggal dan berkembang biak sangat cepat dengan daur hidup relatif pendek. Mikroalga berdasarkan kandungan dan fungsinya dapat juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik dengan diversifikasi berdasarkan biomekanismenya.
“Mikroalga dapat pula digunakan sebagai medicated cosmetic dan bahan sediaan herbal untuk farmasi. Karenanya disamping bermanfaat untuk dekarbonisasi untuk menjaga lingkungan, mikroalga juga memiliki nilai ekonomis lebih yaitu dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan ekonomi masyarakat,” papar Oepoyo.
Penulis : Agung Nugroho