Pembangunan Sistem Pelat Terpaku dinilai lebih mudah dibandingkan perkerasan sistem CAM atau Cakar Ayam Modifikasi karena pemasangan tiang dapat dilakukan dengan alat pancang atau alat bor ringan. Selain itu karena biaya pembangunan lebih tinggi, maka perkerasan dengan Sistem Pelat Terpaku cocok dibangun untuk perkerasan jalan yang melewati daerah-daerah yang tanah dasarnya bermasalah.
“Untuk daerah yang tanahnya normal, maka cukup dibangun dengan struktur perkerasan yang konvensional,” tutur Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA saat menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Teknik UGM, Rabu (4/6) di Balai Senat UGM.
Pada pidato pengukuhannya yang berjudul “Perkerasan Jalan Beton dengan Menggunakan Sistem Pelat Terpaku”, Hardiyatmo menjelaskan jika Sistem Pelat Terpaku ini diaplikasikan pada tanah dasar yang normal, maka akan memberikan perkerasan yang tahan lama dengan sedikit biaya pemeliharaan. Dengan demikian, bila ditinjau dari harga pembangunan awal, akan lebih mahal. Akan tetapi jika ditinjau terhadap biaya total struktur selama masa pelayanan, akan lebih murah.
“Walaupun biaya awal lebih tinggi dari perkerasan beton maupun aspal sistem konvensional, namun biaya total selama masa pelayanan lebih rendah,” katanya.
Sistem Pelat Terpaku atau Nailed Slab System yang diusulkan Hardiyatmo ini adalah suatu perkerasan beton bertulang dengan tebal antara 12-20 cm yang didukung oleh tiang-tiang beton mini dengan panjang 150-200 cm dan diameter 15-20 cm. Tiang-tiang dan pelat beton dihubungkan secara monolit dengan bantuan tulangan-tulangan. Interaksi antara pelat beton-tiang-tanah di sekitarnya menciptakan suatu perkerasan yang lebih kaku, yang lebih tahan terhadap deformasi tanah.
Menurut Hardiyatmo, dasar pemikiran dari fungsi tiang dalam Sistem Pelat Terpaku pada dasarnya sama seperti Sistem Cakar Ayam. Sistem ini merupakan salah satu alternatif penyelesaian masalah pembangunan jalan di Indonesia pada tanah yang tidak stabil.
“Banyak daerah yang tidak stabil, seperti lempung lunak atau tanah ekspansif. Tanah ini menimbulkan masalah pada kinerja jangka panjang perkerasan seperti perkerasan menjadi bergelombang tidak teratur,” tegas Hardiyatmo.
Beberapa manfaat lain penggunaan Sistem Pelat Terpaku tersebut, yaitu mampu mendukung lalu lintas berat dan volume tinggi. Perancangan dapat didasarkan pada beban kendaraan maksimum yang diinginkan, yang melebihi beban ganda standar untuk perkerasan konvensional. (Humas UGM/Satria)