YOGYAKARTA – Internasionalisasi pendidikan sudah menjadi bagian dari transformasi perubahan perguruan tinggi agar bisa bersaing di tingkat global. Begitu pun dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terus berbenah diri untuk menjadi universitas terbaik dunia. Kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di UGM diarahkan bisa menjalin kemitraan global dan bertaraf internasional. Hal itu dikemukakan oleh Direktur Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM, drg. Ika Dewi Ana, Ph.D., di Open Lecture Tantangan Perguruan TInggi Menjadi Universitas Berkelas Dunia di Balai Senat UGM, Kamis (6/11).
Dalam tujuh tahun terakhir, kata Ika, apa yang tengah diperjuangkan UGM tersebut setidaknya sudah membuahkan hasil dengan berbagai pengakuan dan penghargaan internasional. Diantaranya dinobatkan sebagai pusat unggulan Regional Center of Expertise (RCE) dari Unesco bidang pembangunan berkelanjutan dan World Center of Excellence dari Unesco dalam hal pengurangan risiko bencana tanah longsor. Kemudian, UGM baru-baru ini mendapatkan sertifikat akreditasi internasional dari The Association to Advance Collegiate School of Business (AACSB), Institution of Chemical Engineers (IChemE), American Chemical Society (ACS), serta penghargaan transfer teknologi terbaik dalam lingkup negara-negara di Asia diakui dalam Rapat JICA-UAN/ Komite Penasihat SEED Net di Bangkok.
Meski begitu, kata Ika, sebagai universitas nasional, UGM tidak melupakan perannya sebagai motor penggerak perubahan masyarakat dan kemajuan bangsa, “Peran UGM sangat strategis untuk memimpin proses transformasi ini,” ujarnya.
Ika menambahkan, salah satu tantangan dan persoalan yang dihadapi UGM dan semua perguruan tinggi di Indenesia saat ini adalah meningkatkan jumlah lulusan tenaga kerja terampil karena hampir dipastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum diimbangi dengan ketersediaan tenaga terampil. Situasi ini sangat dilematis ketika menghadapi ASEAN Single Community tahun 2015. “Ini tanggung jawab perguruan tinggi,” katanya.
Professor Tan Eng Chye, Deputy President For Academic Affairs And Provost NUS mengatakan salah satu faktor kunci agar universitas mampu bersaing dengan dunia global adalah meningkatkan tata kelola administratif universitas, memperbanyak lulusan siap kerja, bekerjasama serta mengirim mahasiswanya ke universitas terbaik diseluruh dunia. Tan menganjurkan universitas untuk terlibat dalam kegiatan industri dalam rangka mengatasi masalah ketenagakerjaan. Tidak hanya itu, universitas pun diwajibkan untuk membantu mahasiswanya magang agar mahasiswa siap terjun langsung ke dunia kerja. “Merekrut dan mengembangkan bakat lulusannya merupakan salah satu fungsi universitas. Jangan lupa, universitas juga harus memiliki staf administrasi yang baik pula,” terangnya.
Prof Helen Bartlett, Pro-Vice Chancellor and President Monash University Malaysia mengatakan kegiatan riset dan kinerja peneliti bisa diarahkan untuk meningkatkan produktivitas penelitian yang bersifat multidisipliner. Mengintegrasikan pendidikan dan penelitian bisa meningkatkan kualitas pengajaran. Bahkan lewat kegiatan penelitian juga dapat digunakan sebagai jalan untuk membangun kemitraan global. “Penelitian berskala internasional akan memperluas jaringan universitas serta memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kualitas penelitian,” pungkas Helen. (Humas UGM/Izza)