Sekilas sosoknya garang, fenomenal dan kontroversial. Banyak yang meragukan kiprahnya ketika dipilih Presiden Jokowi sebagai menteri. Namun, siapa sangka gebrakannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan akhirnya menjawab sudah berbagai pertanyaan dan keraguan itu. Dalam buku Untold Story Susi Pudjiastuti: Dari Laut ke Udara, Kembali ke Laut, hal ini diungkap di bagian awal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mengenal Susi Pudjiastuti secara lengkap, akurat, dan mendalam.
“Pembaca sebelumnya sudah diajak untuk membaca buku ini lebih dalam melalui tampilan cover buku yang menggambarkan sosok Susi sangat impresif, optimis, tegar dan macho,” papar Kepala PUSTEK UGM, Dr. rer.nat Yossy bayu Murti pada bedah buku buku Untold Story Susi Pudjiastuti: Dari Laut ke Udara, Kembali ke Laut di Perpustakaan UGM, Kamis (26/2). Acara yang dipandu Nur Cahyati Wahyuni ini juga menghadirkan pembicara Mulyawan Karim (Kepala Redaksi Penerbit Buku Kompas) serta Basilica D. Putranti (Peneliti PSKK UGM).
Yosi menambahkan buku ini patut diapresiasi mengingat jumlah narasumber yang memberikan testimoni dan diwawancarai mencapai 38 orang, mulai dari tukang becak hingga mantan Presiden RI. Yosi melihat setidaknya ada tiga testimoni dan opini yang bisa menjawab beberapa pertanyaan, kenapa Susi Pudjiastuti yang dipilih sebagai menteri. Testimoni itu yaitu dari Eka Santosa (Meramalkan suksesnya sendiri), Teten Masduki (Dia tidak pernah takut), dan Tumina (Padanya, jangan bilang tidak tahu).
“Tiga opini ini memberikan sebagian pertanyaan yang belum terjawab. Bagaimana seorang Susi yang berpendidikan SMP bisa sukses. Bagaimana pula ia mendisiplinkan diri untuk bisa tahu atas apa yang dia belum tahu,” imbuh dosen Fakultas Farmasi itu.
Sementara itu Basilica banyak menyoroti dekonstruksi nilai-nilai patriarkat yang dilakukan oleh Susi. Nilai-nilai yang didekonstruksi tersebut antara lain karakter perempuan yang awalnya feminim menjadi maskulin. Perempuan yang biasanya monogami diaktualisasikan menjadi sering bercerai.
“Dekonstruksi lain yang dilakukan Susi yaitu perempuan yang berpendidikan rendah tidak pantas menduduki jabatan tinggi menjadi perempuan sukses dan berpenghasilan tinggi,” papar Basilica.
Ada beberapa hal dari sosok Susi yang bisa dijadikan sumber inspirasi seperti kebebesan berekspresi dan mengembangkan karakter tanpa terjebak pada standar moral patriarkat. Selain itu ada posisi tawar yang kuat dalam kehidupan perkawinan dan dunia kerja yang didominasi oleh laki-laki.
Mulyawan Karim selaku Kepala Redaksi Penerbit Buku Kompas di awal bedah buku juga sempat menceritakan perjuangan penulisan buku tersebut yang cukup berliku-liku. Untuk bisa mewawancarai Susi tim mereka misalnya harus menuju ke Pangandaran melalui perjalanan darat dan saat itu belum ada kepastian untuk bisa bertemu. (Humas UGM/Satria)