5th International Conference on Environtmental Resources Management (ICERM) 2023 kembali digelar oleh Fakultas Geografi UGM. Ajang ini merupakan simposium internasional yang mengundang ahli dari berbagai negara untuk mendiskusikan isu lingkungan. Tahun ini, ICERM 2023 mengangkat tema “Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Kehidupan Berkelanjutan” yang dibuka pada Selasa (26/9).
“Saya mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya acara ini kembali. Utamanya pada para ahli, peneliti, dan akademisi yang turut hadir. Acara ini menjadi tempat diskusi bagi kita, untuk menyusun langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi isu-isu lingkungan. Tahun ini, kita mengangkat tentang air. Saya yakin setiap negara memiliki masalah yang berbeda, dan di sini kita duduk untuk mendiskusikannya bersama,” ucap Dekan Fakultas Geografi UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, dalam sambutannya.
Populasi di dunia telah meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Bank Dunia, populasi dunia telah bertambah sebanyak 8,32 juta jiwa setiap tahunnya, sepanjang tahun 2011-2021. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 11,89% dibanding dekade sebelumnya. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan semakin tipisnya sumber daya alam yang tersedia, termasuk air. Meskipun 72% bagian bumi adalah air, hanya sedikit yang merupakan air tawar, dan sisanya adalah air asin. Hal ini memunculkan masalah kelangkaan air akibat penggunaan yang tidak terkontrol mengingat air adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia.
Isu akan air ini akan dibahas dalam konteks lintas negara. Tak hanya soal ketersediaan air di masa kini, dan masa depan, namun juga distribusi air di seluruh negara. Tidak semua negara di dunia memiliki akses akan air bersih. Melalui ICERM 2023, para ahli berupaya mengatasi ketidakmerataan sumber daya air, dan kelanjutannya di masa mendatang. Terdapat sembilan sub-tema dalam ajang ini, di antaranya adalah pengelolaan sumber daya air terpadu, pengelolaan mata pencaharian dan sumber daya air perkotaan, keadilan air untuk pembangunan berkelanjutan, hingga penanggulangan bencana.
Sejak dimulai pada tahun 2017, ICERM telah melibatkan ratusan akademisi dari seluruh penjuru dunia. Hasil dari acara ini adalah jurnal penelitian yang dipublikasikan melalui Scopus Publishing. Tahun ini, penyelenggaraan ICERM telah dibuka sejak Agustus lalu. “Kami harap, acara ini dapat membangun komunikasi antara para ahli di dunia. Dan nantinya, tidak hanya berhenti di ICERM 2023 saja, namun berbagai kerja sama juga dapat terjalin untuk menguatkan strategi ketahanan kita akan masalah lingkungan dan masa depan generasi kita,” tambah Danang.
Penulis: Tasya
Foto: Cnnindonesia.com