Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. Dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH., menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (PPR) dan Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang Tuberkulosis (TB).
Pertemuan-Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tersebut berlangsung pada 20-22 September 2023 di New York dalam rangka Sidang Umum PBB ke-78. Pertemuan-pertemuan tersebut memberikan peluang bagi negara anggota PBB untuk menempatkan kembali kesehatan pada agenda politik tingkat tinggi sejalan dengan komitmen untuk mengeliminasi TB, mewujudkan jaminan kesehatan semesta (UHC), serta memperkuat pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon pandemi. Selain itu juga memperkuat komitmen negara-negara anggota untuk kembali bergerak menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Yodi Mahendradhata dalam pertemuan tersebut hadir mewakili FK-KMK UGM setelah melalui proses akreditasi dan seleksi yang ketat dari Sekretariat PBB. FK-KMK UGM menjadi satu-satunya institusi pendidikan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam daftar institusi yang terakreditasi oleh PBB untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Dalam pertemuan tingkat tinggi tentang TB dilakukan tinjauan secara komperehensif terhadap pencapaian target eliminasi TB yang telah disepakati dalam Deklarasi Politik Pertemuan Tingkat Tinggi PBB pertama tentang TB pada tahun 2018. Pertemuan ini menghasilkan deklarasi Politik dengan target baru yang ambisius untuk lima tahun ke depan untuk memajukan upaya global dalam mengakhiri epidemi TB.
Dalam pertemuan tingkat tinggi tentang pandemi, para pemimpin mengadopsi deklarasi politik yang menyerukan kolaborasi dan koordinasi internasional yang lebih kuat di tingkat politik tertinggi untuk mencegah, mempersiapkan, dan merespons pandemi dengan lebih baik. Dalam dokumen tersebut, para pemimpin berkomitmen untuk berupaya meningkatkan akses terhadap produk-produk terkait pandemi – seperti vaksin, diagnostik, dan terapi – tepat waktu, berkelanjutan, dan adil, seraya menyerukan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengoordinasikan upaya-upaya tersebut ini dengan pihak-pihak terkait.
Yodi dalam pernyataan tertulis yang disampaikan ke penyelenggara pertemuan tingkat tinggi tentang pandemi menggarisbawahi bahwa pandemi COVID-19 telah menguak kerentanan dalam sistem kesehatan global. Selain itu pandemi juga menggugah kesadaran akan pentingnya membangun kapasitas yang setara dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggap terhadap pandemi. Hanya saja, warisan kolonial seringkali masih memengaruhi pendekatan tradisional dalam pembangunan kapasitas, menghasilkan ketidakseimbangan dalam pengetahuan, kekuasaan, dan sumber daya.
“Karenanya kami mendesak untuk menerapkan pendekatan yang meninggalkan tradisi kolonial yaitu dengan mengakui dan menghormati pengetahuan lokal, mengubah dinamika kekuasaan, berinvestasi dalam lembaga lokal, dan mempromosikan pendidikan dan pelatihan yang inklusif, kita dapat bekerja menuju pendekatan yang lebih adil dan efektif dalam menghadapi pandemi,”urainya.
Sedangkan untuk pertemuan tingkat tinggi tentang TB, Yodi menyampaikan pernyataan tertulis kepada penyelenggara bahwa kita perlu mendorong Lembaga-lenbaga keuangan regional dan bank-bank pembangunan untuk memasukkan penelitian dan pengembangan TB sebagai prioritas dalam portofolio investasi kesehatan mereka. Kita juga perlu mengadvokasi peningkatan alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan TB dari badan pendanaan kesehatan internasional seperti Dana Global untuk Melawan AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (GFATM). Dan yang paling penting, kita perlu mengalokasikan pendanaan untuk penelitian yang menjawab kebutuhan spesifik kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan rentan, memastikan bahwa mereka tidak terlupakan dalam pengembangan diagnostik, vaksin, dan obat-obatan TB yang baru.
Penulis: Ika
Foto: Dok. Yodi Mahendradata