Sektor pariwisata dipercaya sebagai katup penyelamat ekonomi perdesaan jika mampu dikelola dengan profesional. Hadirnya pariwisata di desa mampu membuat rasa bangga sekaligus menjadikan warga desa lebih percaya diri.
Mereka tentunya merasa bisa lebih maju dari lainnya. Dari perspektif pariwisata, eksistensi desa wisata diharapkan mampu menjadi produk alternatif yang mampu menguatkan co-creation agar mampu menahan wisatawan lebih lama.
Demikian disampaikan Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos. M.Si., pegiat Wisata Kerakyatan Peneliti di Pusat Studi Pariwisata UGM pada Webinar bertema Membangun Desa Wisata Yang Unggul, Tangguh dan Berkelanjutan. Webinar diselenggarakan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo-Flores, di Labuan Bajo Selasa (14/5).
“Mengapa Desa Wisata menarik dikembangkan? Ya karena desa wisata menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan daya tarik lainnya. Namun perlu diingat, bisnis desa wisata perlu diimbangi komitmen, leadership, dan transparansi. Ini memerlukan tatakelola supaya bisnisnya bisa berkelanjutan dan kompetitif,” ujar Destha.
Beberapa critical factors desa wisata, kata Destha perlu mendapatkan perhatian. Diantaranya produk artificial, minim storytelling, rentan dupliasi, dan yang sering dijumpai minimnya paket dan minim inovasi yang dijalankan.
“Selama ini desa sepertinya hanya menangkap, akibatnya tidak ada nilai tambah bagi wisatawan. Tidak sedikit pengelola hanya jual tiket bukan paket. Kondisi ini terjadi karena mungkin kolaborasi yang terbatas sehingga memerlukan kepemimpinan lokal yang kuat,” katanya.
Oleh karena itu, agar desa wisata semakin berdaya saing diperlukan DNA yang kuat supaya memiliki identitas berbeda (unique selling proposition). Diperlukan pula pelibatan dan penguatan interaksi wisatawan (co-creation) dalam kemasan paket wisata, dan minimal melengkapi amenitas penunjang dengan standar kebersihan dan kesehatan.
“Karenanya sangat perlu untuk disiapkan sumber daya manusia yang kompeten, inovatif, dan terampil di bidang teknologi, dan perlu melahirkan dan mengkader local champion di tingkat desa yang mampu melakukan kolaborasi dengan pihak eksternal dan internal,” terangnya.
Local champion penggerak desa wisata, menurut Destha adalah individu yang ditunjuk melalui musyawarah desa sebagai perwakilan kelompok desa yang memiliki jiwa kepemimpinan, memahami permasalahan desa, serta memiliki kemampuan berkomunikasi dengan seluruh lapisan masyarakat di desanya dengan baik. Penggerak desa ini diharapkan memiliki motivasi & bersedia mendedikasikan waktu dan hatinya untuk membersamai masyarakat desa dalam mengembangkan desanya sebagai desa wisata.
Penulis: Agung Nugroho