Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito merupakan seorang akademisi, penulis, dan pemikir dalam bidang teknologi pangan dan gastronomi Universitas Gadjah Mada. Penelitian yang dilakukan tentang makanan kuliner tradisional Indonesia telah menemukan kurang lebih 3.257 hidangan yang terbagi atas kudapan basah dan kering sebanyak 1.100, 150 jenis minuman, 208 hidangan pokok, serta lauk basah sebanyak 1.800. Dokumentasi Karya dan Pengetahuan Maestro Teknologi Pangan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Rangkaian kegiatan dilaksanakan pada hari Senin-Selasa tanggal 21/8 dan 22/8 lalu yang terbagi menjadi tiga agenda yaitu pemutaran film di Bioskop Sonobudoyo Yogyakarta, Pameran Mini dan Bincang Pangan yang dilaksanakan di Galeri Kelas Pagi Yogyakarta. Total sebanyak 290 peserta telah mengikuti tiga rangkaian kegiatan tersebut dengan 170 peserta pada pemutaran film, 110 peserta pada pameran mini, dan 10 peserta pada bincang pangan.
Hindra Setya Rini, S.S. selaku penggagas kegiatan ini merasa terharu karena respons dan antusias yang tinggi dari para peserta. “Harapan untuk film yang sudah dibuat adalah menjadi catatan pengetahuan yang bisa diakses oleh banyak orang dan bisa disebar luaskan kepada siapa pun agar bisa menginspirasi supaya lebih dekat dengan generasi muda. Selain itu semoga bincang pangan bisa dipraktikan atau diteruskan di tempat masing-masing dengan diaplikasikan dalam penulisan resep makanan,” ungkapnya.
Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito merasa sangat beruntung dengan usia yang sudah diatas 80 tahun pemerintah melalui sekelompok seniman telah mendokumentasikan apa yang sudah dilakukan menjadi sebuah karya dan pengetahuan Maestro Teknologi Pangan. Kacamata berbeda digunakan untuk melihat karya bagi generasi masa kini yang serba instan, karena pada umumnya kurang menghargai karya tradisional milik bangsa sendiri namun lebih mengagumi dan merasa bergengsi kalau dinilai mampu membahas segala sesuatu yang bukan kearifan lokal.
Keprihatinan sudah dirasakan sejak dahulu yakni tidak ada yang peduli tentang makanan tradisional, padahal harus disadari yang membentuk karakter dan martabat bangsa adalah makanan yang dikonsumsi sehari-hari sejak nenek moyang. Pada umumnya generasi milenial lebih memperhatikan dan mengagumi yang bukan milik bangsa sendiri hanya karena gemerlap yang mengiringinya bukan sebagai pembentuk karakter dan martabat bangsa. Secara tidak disadari apabila yang dimakan bukan apa yang didapatkan dari bumi pertiwi, maka itu seperti membangun ketergantungan kepada produk asing yang harus diimpor.
Saat ini semua mulai sadar bahwa kegiatan makan merupakan peristiwa yang paling penting dalam hidup manusia. Sehingga makan dan makanan merupakan senjata ampuh untuk maju dan melaju mencapai kondisi yang luar biasa dalam menuju kebahagiaan dunia. Hal ini dikarenakan dapat membantu bangsa untuk terlepas dari beban ganda yaitu kemiskinan dan ketergantungan.
Jika diberikan kesempatan tentu makanan tradisional Indonesia akan tampil mendunia satu persatu karena saat ini sudah puluhan makanan dari Indonesia yang digemari pada tingkat dunia. Tentunya segala sesuatunya harus disiapkan dukungan agar mampu menciptakan surganya makan di dunia.
“Terima kasih kepada pemerintah, bangsaku, negaraku, para guruku, almamater ku dan para mahasiswa, serta asistenku yang di tangan para seniman telah diwujudkan sebuah karya yang menggambarkan bahwa wisdom wellness dan welfare adalah dambaan dalam kehidupan kita,” tutupnya.
Penulis: Rifai