Dosen FKKMK UGM, Dr.rer.nat. Apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., terpilih sebagai salah satu pemakalah terbaik (Best Paper Presenter) dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Farmakologi Indonesia (IKAFI) di Bali tahun 2023. Acara ini merupakan rangkaian dari Rapat Koordinasi Nasional yang diikuti oleh ratusan peserta yang terdiri dari ahli Farmakologi, praktisi, peneliti, akademisi, industri maupun pemerhati yang berkecimpung dalam bidang Farmakologi.
Pertemuan Ilmiah Tahunan IKAFI berlangsung pada 25-26 Agustus 2023. Pada acara tersebut Arko menyampaikan soal kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) beserta databank masih memiliki potensi sangat besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan herbal/fitomedisin di Indonesia. Terlebih potensinya untuk memperkuat posisi produk-produk fitofarmaka Indonesia dan ketahanan farmasi nasional.
Beberapa platform AI yang menunjang pengembangan herbal sudah tersedia, gratis, dan dapat diakses secara global serta mampu memberikan prediksi mekanisme obat dan target aksi secara cepat. Sayangnya, tidak semua peneliti fitomedisin di Indonesia menyadari hal tersebut. Ini dibuktikan dari sangat rendahnya jumlah publikasi, antara tahun 2013-2023, yang memanfaatkan penggunaan databank maupun Artificial Intelligence (AI) dalam penelitian herbalnya.
Dalam makalah tersebut, Arko sebagai peneliti Pusat Kedokteran Herbal mengungkapkan meski trending topik mengenai pemanfaatan Artificial Intelligence tergolong baru, namun sebetulnya projek pengembangan databank berbasis AI sendiri sudah gencar dimulai sejak satu dasawarsa terakhir. Sebagai contoh, ide mengenai perlunya dilakukan pemetaan interaksi antara senyawa aktif dengan senyawa lain dalam suatu sediaan herbal medicine, serta interaksinya dengan reseptor dalam tubuh yang sudah ia paparkan sejak tahun 2012 di Eropa.
“Artinya, pembuatan databank berbasis AI semacam ini sudah ada, dan perkembangannya semakin pesat dari waktu ke waktu,” ujar Arko Jatmiko Wicaksono, di Kampus UGM, Senin (4/9).
Arko menyebut pada saat itu ide yang sama belum mendapatkan dukungan di Indonesia. Adapun saat ini di Eropa sendiri sudah ada lebih dari 10 institusi yang secara aktif mengembangkan databank dalam bidang medis, termasuk diantaranya yang berkaitan dengan pengembangan herbal medicine.
Sebagai staf pengajar di Departemen Farmakologi dan Terapi FKKMK UGM, ia menyampaikan soal tantangan era-AI bagi peneliti Indonesia. Menurutnya, peningkatan skills komputasi, penyediaan source data, dan integrasi keilmuan medis dengan teknologi informasi harus segera dipercepat. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka sebagai pengurus MABBI pusat (Masyarakat Bioinformatik dan Biodiversitas Indonesia), ia pun mengusulkan perlunya dibentuk suatu konsorsium nasional, pengembangan databank berbasis AI dalam bidang fitomedisin di Indonesia.
“Metode pengembangan databank yang dikembangkan di Eropa, juga perlu mulai segera dirintis di Indonesia. Fokusnya pada pemetaan interaksi antar senyawa dan hubungannya terhadap efek farmakologis maupun prediksi toksisitas yang mungkin timbul. Supaya tidak setiap ada perubahan formulasi sediaan, perlu dilakukan pengujian trial and error menggunakan hewan uji,” terangnya.
Dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tersebut, selain Arko, tiga orang delegasi UGM yang lain yakni Hari Purnomo, Andini Juwan Prabandari, dan Yacobus Christian Prasetyo juga memperoleh best paper presenter untuk bidang kajian berbeda.
Panulis : Agung Nugroho