UGM meresmikan pendirian Unit Penelitian dan Pengembangan Jamur Konsumsi (UP2JK) yang berlokasi di Laboratorium Pengolahan Kayu Klebengan, Fakultas Kehutanan UGM.
Pusat penelitian ini didirikan untuk mengembangkan jamur konsumsi dalam upaya peningkatan kesejahteraan pembuat media tanam jamur (baglog) dan petani Jamur, khususnya di wilayah Sleman. Dalam pengembangan unit ini dilakukan melalui kerja sama antara Fakultas Kehutanan UGM dan Nagoya University Jepang dengan dukungan pendanaan dari JICA. Sejak akhir 2021 lalu para peneliti dari UGM dan Nagoya University serta Gifu Forestry Research Institute melakukan penyuluhan dan pemberdayaan petani Jamur di Sleman untuk meningkatkan keahlian dan manajemen dalam budi daya jamur.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Sigit Sunarta, mengatakan kehadiran pusat penelitian jamur ini menjadi salah satu upaya mewujudkan diversifikasi pangan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim yang mengancam ketahanan pangan nasional. Pengenalan dan intensifikasi pengembangan produksi jamur konsumsi menjadi salah satu aksi yang dipersembahkan bagi masyarakat, terutama di Kabupaten Sleman.
“Memanfaatkan sumber daya yang ada di Kabupaten Sleman seperti bahan baku baglog dari limbah pengolahan kayu yang ada, membudidayakan jamur konsumsi serta memperdagangkannya akan meningkatkan aktivitas perekonomian yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” paparnya saat menyampaikan sambutan dalam peresmian UP2JK, Selasa (12/7).
Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemkab Sleman, JICA dan Nagoya University yang telah mendukung pendirian UP2JK. Tak lupa, ia mengajak berbagai pihak untuk bisa bekerja sama dan berkolaborasi dalam membudidayakan jamur konsumsi. Melalui dukungan dan sinergi antar pihak diharapkan nantinya dapat meningkatkan produksi jamur tiram sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menyampaikan apresiasi dan harapan keberadaan unit penelitian dan pengembangan jamur konsumsi ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengembangan pangan alternatif dan mencintai produk lokal.
“Jika konsumsi masyarakat terhadap jamur meningkat maka penyediaan produk jamur juga akan naik sehingga kesejahteraaan masyarakat bisa meningkat,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2022 terdapat 13 petani yang membudidayakan jamur di Kabupaten Sleman dengan produksi mencapai 3.866,10 kwintal dalam setahun. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagaimana menjadikan potensi produk jamur bisa diolah secara benar dan sehat.
“Keberadaan unit penelitian dan pengembangan jamur konsumsi UGM ini saya harap bisa memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat di Sleman dalam mengolah produk jamur konsumsi yang sehat dan bernilai ekonomis,” harapnya.
Prof. Yamamoto dari Nagoya University mengatakan kerja sama pengembangan budi daya jamur telah dilaksanakan sejak Oktober 2021 hingga September 2024 mendatang. Selama kurang lebih 1,5 tahun kerja sama berjalan melakukan pemberdayaan petani di Sleman serta mengembangakn unit penelitian dan pengembangan jamur konsumsi di UGM.
“Unit penelitian di UGM ini memiliki fasilitas yang lengkap untuk mendukung penelitian dan pengembangan budi daya jamur konsumsi,” terangnya.
Melalui kegiatan penelitian dan pengembangan jamur konsumsi di laboratorium ini diharapkan nantinya dapat dihasilkan baglog dan beragam varietas jamur yang dapat dilepas ke masyarakat untuk dibudidayakan serta bernilai ekonomis. Unit ini dilengkapi dengan beberapa peralatan pembuatan media budi daya jamur, alat sterilisasi, ruang inkubasi, dan ruang pembudidayaan. Selain untuk penelitian dan pengembangan, unit ini ini diharapkan dapat digunakan sebagai pusat pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan mengenai teknologi budi daya jamur bagi para petani jamur dan pembuat baglog di Kabupaten Sleman pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
Penulis: Ika