Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian apabila terlambat ditangani. Penyakit ini erat kaitannya dengan kondisi kemiskinan, pemukiman yang padat penduduk, kondisi tempat yang terisolasi, dan daya tahan tubuh yang rendah. Sebagai negara dengan jumlah pasien Tuberkulosis terbanyak di dunia bersama dengan India dan Cina, jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi di Indonesia pada 2022 mencapai 717.941 kasus, masih di bawah 969.000 kasus yang diperkirakan. Salah satu penyebab masalah ini karena masih banyak pasien TBC yang belum periksa dan berobat ke layanan kesehatan karena kesulitan akses ke layanan pemeriksaan TBC, baik karena alasan ekonomi atau kendala geografis (lokasi terpencil). Saat ini pemerintah telah menargetkan setidaknya 90 persen dari kasus tuberkulosis di Indonesia dapat terdeteksi pada 2024.
Upaya penemuan kasus secara aktif menjadi langkah yang penting dalam upaya penanggulangan tuberkulosis di masyarakat dan skrining menggunakan Portable Digital X-ray ini menjadi salah satu solusi mengatasi penemuan kasus TBC. Di Yogyakarta sendiri, FKKMK UGM telah melakukan penanggulangan kasus TB dengan adanya program Zero TB Yogyakarta. Untuk mendukung program penemuan kasus TBC secara aktif Tuberkulosis, Fujifilm Indonesia memberikan dukungan berupa bantuan satu unit Portable Digital X-ray dengan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), yakni FDR Xair kepada FKKMK UGM. Bantuan alat X-ray portable ini diserahkan langsung oleh Presiden Direktur Fujifilm Indonesia Masato Yamamoto kepada Dekan FKKMK UGM, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., Rabu (9/8), di ruang Auditorium Tahir Foundation FKKMK UGM.
Masato Yamamoto menjelaskan bahwa FDR Xair adalah alat rontgen portable yang merupakan salah satu inovasi teknologi terkini dari FUJIFILM yang mampu melakukan foto Rontgen dengan lebih cepat, dengan dosis radiasi yang rendah dan mudah dibawa kemana saja, termasuk ke daerah-daerah yang lokasinya jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan. “Penggunaan alat ini dapat mempercepat proses skrining penyakit tuberkulosis menggunakan Rontgen dada karena alat ini sudah dilengkapi dengan artificial intelligence yang akan membantu dalam menentukan terduga sakit tuberculosis,” katanya.
Yodi Mahendradhata menyambut baik bantuan alat deteksi TB portable yang diserahkan oleh Fujifilm Indonesia ini. Hal itu selaras dengan komitmen FKKMK untuk berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia terutama TB. “ Kita sudah lama bergerak untuk zero TB di Yogyakarta ini berjalan sejak 2020 dan pada hari ini kita dapat bantuan untuk lebih meningkatkan lagi berkontribusi eliminasi TB di Indonesia,” kata Dekan.
Project Leader Zero TB Yogyakarta, dr. Rina Triasih, Sp. A9K)., Ph.D., mengatakan salah satu kegiatan utama Zero TB Yogyakarta adalah melakukan deteksi TB menggunakan Rontgen dada. Ia bekerja sama dengan puskesmas membawa alat rontgen dalam kendaraan bus turun ke tengah masyarakat. Tidak jarang kendaraan yang membawa alat rontgen seberat 250 kg tersebut tidak menjangkau daerah yang aksesnya jalannya sulit dilalui oleh kendaraan. Ia pun menyambut baik adanya bantuan alat X-Ray yang berukuran mini dengan berat kurang lebih tiga kilogram tersebut. “Saya kira ini inisiatif bagus sebagai komitmen dari pihak non government untuk ikut eliminasi TB di Indonesia. Sebelumnya kita secara aktif berkeliling dari desa ke desa, kalau dulu pakai bis atau mobil. Dengan alat yang lebih kecil ini bisa mencapai lokasi yang sulit ditempuh,” katanya.
Alat yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan ini menurutnya juga mengurangi secara langsung jumlah sampel pasien terduga TB.”Kita melakukan screening terduga TB untuk diambil dahaknya. Adanya bantuan dengan kecerdasan buatan ini bisa mengurangi sampel positif palsu, menghemat biaya dan waktu,” jelas Rina.
Alat X-Ray portable ini menurutnya akan lebih mendekatkan layanan ke masyarakat mengingat wilayah DIY juga beragam meliputi perkotaan, pesisir maupun dataran tinggi. Ia sangat mengapresiasi dukungan dari Fujifilm Indonesia dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. Ia berharap akan banyak pihak lainnya yang terlibat dalam upaya yang sama karena eliminasi TBC bukan hanya merupakan tanggung jawab sektor kesehatan dan hanya akan tercapai jika semua pihak terlibat.
Ia menyebutkan selama kurang lebih 1 tahun menggunakan alat Fujifilm X-air, pihaknya telah melakukan skrining TBC pada 18.207 populasi risiko tinggi Tuberkulosis, dan menemukan 3.474 (18,4%) terduga TBC, dan 260 pasien TBC (1,4%). Selanjutnya dari temuan tersebut ditindaklanjuti agar pasien berobat ke puskesmas. “Selama ini pasien tidak mengetahui jika ia sudah terkena TBC,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson