Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada yang berada di area gerbang pintu masuk kampus saat ini tengah dalam proses tahap pembangunan. Rencananya akan selesai dibangun pada Februari Tahun 2024 mendatang. Gedung yang menempati lahan bekas Gelanggang Mahasiswa dan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) ini akan disulap menjadi fasilitas pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa agar bisa berinteraksi dengan masyarakat, seniman dan kalangan dunia usaha.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof. Dr. Pratikno, mengatakan pembangunan GIK bertujuan untuk membawa praktik dunia industri bisa masuk ke dalam kampus sehingga mahasiswa memiliki dua ekosistem pembelajaran yakni pembelajaran akademik di fakultas dan ekosistem pembelajaran praktik dunia usaha di gedung GIK. “Kita harapkan ada pengkayaan dan saling melengkapi pendidikan yang dikelola akademik dengan konsep pendidikan yang dimentoring oleh industri,” ujar Pratikno dalam talkshow sosialisasi GIK dengan perwakilan organisasi mahasiswa di lantai 1 Grha Sabha Pramana, Jumat (29/9). Hadir juga sebagai narasumber dalam talkshow tersebut adalah Direktur Edukasi Gedung Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Fero Ferizka, dan dipandu oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro.
Menurut Pratikno, setiap mahasiswa UGM yang mengikuti pembelajaran di GIK akan mendapatkan sertifikat yang sudah diakui oleh pihak universitas serta menjadi sertifikat pengalaman kerja untuk digunakan ketika akan melamar kerja. Tidak hanya sekedar mendapatkan sertifikat, imbuhnya, mahasiswa yang mengikuti pembelajaran GIK juga diharapkan keahlian dan keterampilannya juga bisa meningkat. “Mahasiswa bisa melakukan upskilling, bisa membangun startup, menjadi lebih profesional dan siap untuk bekerja sebagai entrepreneur,” katanya.
Sementara Fero Ferizka menyebutkan di GIK terdapat program pegembangan talenta dengan adanya 38 mata kuliah yang bisa didapat oleh mahasiswa lintas disiplin. “Nantinya ada 15 pengajar dengan lintas profesi. Kita menggunakan kurikulum dari Amazon, Alibaba, atau kurikulum dari Google. Belajar lebih ke praktiknya,” katanya.
Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor, menyampaikan harapannya jika GIK nantinya bisa mensinkronkan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa dengan pengembangan keahlian di dunia kerja. “Kadang banyak orang bekerja tidak related. Mengubah pola pendidikan related dengan industri, saya kira itu sebuah lompatan luar biasa. Tapi soal inklusivitas, mahasiswa nantinya bisa mengakses dan bisa memanfaatkan fasilitas GIK,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, mengatakan GIK merupakan sebuah upaya pimpinan UGM untuk membangun ekosistem pembelajaran agar mahasiswa memiliki karakter, kreativitas hingga semangat kewirausahaan. “UGM itu harus kreatif dan survive untuk membangun ekosistem pembelajaran. Adanya GIK ini sedapat mungkin tidak saling meminggirkan namun saling merangkul, saling ketergantungan satu sama lain. Setiap mahasiswa memiliki porsi yang sama dengan yang lain,” ujarnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto