Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan webinar bertajuk “Pentingnya Lahan dan Infrastruktur Dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nusantara”, sebagai bagian dari Pre-Event Series kegiatan Temu Bisnis dan Forum Investasi UGM 2023.
Kegiatan ini merupakan sebuah forum diskusi sivitas akademika serta pemangku kepentingan dari kalangan pemerintahan, industri, maupun praktisi sektor pertanian, tentang perkembangan terbaru dan tren terkini pertanian terutama di bidang lahan dan infrastruktur.
“Paradigma pembangunan pertanian harus berubah agar generasi muda merasa senang berkecimpung di dunia pertanian. Pertanian harus menyenangkan dan menyejahterakan. Dengan perubahan paradigma pembangunan pertanian, kedaulatan pangan nusantara akan segera terwujud,” tutur Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius Susatyo Wijoyo, M.M.
Webinar ini mengupas masalah pokok dalam penanganan ketersediaan pangan yang selama ini tergantung pada kebijakan nasional di bidang pertanian. Diperlukan penataan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai sektor yang saling terkait, agar tidak terjadi tumpang tindih antara satu sektor dengan sektor yang lain yang dapat berakibat mengorbankan salah satu sektor demi kebutuhan sektor yang lain.
Pembicara yang dihadirkan untuk mengupas topik tersebut di antaranya Direktur Perencanaan Perwujudan Kawasan Transmigrasi Kementerian Desa PDTT, Bambang Widyatmiko; Sekretaris Baranahan dan Kepala PCLS Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Heru Sudarminto; serta Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat, Wahyu Kusumosusanto.
Bambang Widyatmiko memberikan paparan terkait peran transmigrasi dalam mewujudkan kedaulatan pangan nusantara. Sejak pertama kali dicanangkan pada tahun 1950 hingga saat ini, menurutnya telah terjadi perubahan paradigma tentang transmigrasi dari yang berorientasi kepada perpindahan penduduk untuk membangun daerah terisolir.
Saat ini, transmigrasi berorientasi pada pembangunan kawasan pedesaan di wilayah pinggiran menjadi satu kesatuan sistem pengembangan yang berdaya saing. Peran penting transmigrasi sendiri, salah satunya, adalah menghindari krisis pangan.
“Dalam menghadapi krisis pangan, Indonesia adalah satu dari tidak banyak negara yang potensial untuk pengembangan pangan melalui pembangunan dan pengembangan kawasan secara kolaboratif. Kawasan transmigrasi adalah salah satunya, karena dikelola oleh tenaga-tenaga yang siap untuk mengembangkan lahan,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Heru Sudarminto memaparkan program Lumbung Pangan Nasional atau Food Estate Kementerian pertahanan. Singkong dipilih sebagai komoditas strategis bagi pertahanan negara karena dapat diolah menjadi berbagai produk strategis. Selain itu, singkong sangat cocok dibudidayakan di Indonesia, termasuk di lahan-lahan marginal.
“Dari aspek kesehatan singkong juga ternyata sangat baik. Kalau kita lihat komparasi dengan negara sekitar kita masih punya keunggulan, kita bisa menghasilkan 23 ton per hektar,” terangnya.