Co-Founder and CEO Populix, Dr. Timothy Astandu, mengatakan membangun startup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurutnya diperlukan ketekunan dan konsistensi dalam membangun startup agar bisa bertahan dan mampu berkembang. Ia mengibaratkan mendirikan startup tak ubahnya mahasiswa yang tengah menempuh kuliah guna menyelesaikan pendidikan agar bisa lulus dan bisa meniti karier.
“Jadi bikin startup itu susah nggak? Tidak ada hal yang mudah. Seperti kita kuliah, tujuannya itu ingin meniti karir. Begitu juga dengan dunia startup, kita juga ingin membangun sesuatu,” kata Timothy dalam talk show yang diselenggarakan oleh Center for Digital Society (CfDS), Fisipol UGM, bertajuk Memahami Peluang dan Dinamika Industri Startup, jumat (8/9), di ruang Auditorium Fisipol Universitas Gadjah Mada.
Timothy menceritakan ide awalnya mendirikan Populix ketika itu bertujuan menjadikan data riset sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan bisnis bagi perusahaan atau lembaga. “Kita ingin menyediakan penelitian riset dan solusi untuk bisnis. Untuk menyebar riset saya pikir bukan hanya kepentingan di dunia akademik tapi juga untuk kalangan UMKM,” katanya.
Untuk project pertama Populix, kenang Timothy, saat pertama berdiri masih mengumpulkan data dari responden di sebuah mall swalayan. “Masih dilakukan secara manual. Bisa dibilang tidak efektif tapi start dibuat dari titik nol. Lalu naik level menggunakan teknologi. Jika teknologi yang kuat maka real jadi startup,” paparnya.
Tidak hanya soal pengerjaan project, Timothy juga bercerita saat awal terbentuk, pihaknya belum mampu menyewa kantor sehingga mereka harus bekerja di cafe. “Sempat kita kerja itu di cafe karena belum punya kantor. Tapi sekarang data kita dipakai dimana mana. Itu sesuatu yang dari hasil yang sudah kita kembangkan,” katanya.
Sementara Patrick Yip selaku Co-Founding Partner Intudo Ventures mengatakan intudo merupakan perusahaan modal ventura yang khusus memberikan modal untuk startup yang ada di Indonesia. “Dengan konsep fund manager, kita diberi uang oleh investor dari dalam dan luar negeri, tugas kita memilih startup yang ingin kita investasikan,” katanya.
Untuk kriteria startup yang akan dipilih diberikan modal ventura, kata Patrick, umumnya startup yang dipilih mereka yang sudah berdiri dan sudah beroperasi 3 sampai 4 tahun. Selain itu dinilai dari sisi operasional dan legal. “Kita mencari startup yang berpotensi untuk diinvestasikan dengan mengevaluasi lebih kanjut kondisi startup. Kerja Sama dengan startup ini untuk mendorong pertumbuhan (ekonomi),” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson