Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengadakan acara Tropmed Talk on Stage dengan tema Berinovasi dalam Mengeliminasi TBC, Yes You(th) Can!. Acara dilaksanakan di SMA Negeri 10 Yogyakarta pada hari Selasa (16/7) diikuti 200 siswa-siswi kelas XI.
Kegiatan ini dilaksanakan mengingat kasus tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi negara kedua dengan kasus TBCnya tertinggi di dunia.
Prof. Ari Probandari, MPH Ph.D., selaku koordinator kelompok kerja (pokja) TBC PKT UGM mengatakan dengan tingginya kasus TBC di Indonesia maka diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit ini. Tak terkecuali pada generasi muda, dan ini pula yang menjadi alasan kenapa Tropmed Talk on Stage edisi TBC ini dilaksanakan di sekolah.
“Setidaknya para peserta paham tanda dan gejala TBC, sehingga kalau dirinya atau orang di sekitarnya mengalami gejala TBC bisa segera memeriksakan diri fasilitas kesehatan,” ujarnya.
Upaya pro aktif semacam ini, kata Ari, merupakan wujud kontribusi masyarakat dalam upaya penemuan TBC sesuai dengan slogan pemerintah Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB).
Vivi Alfita Devi sebagai penyintas TBC mengaku hal yang memprihatinkan masih adanya stigma terhadap pasien TBC. Saat menjadi pembicara di acara tersebut, ia menyampaikan pesan sekaligus berharap agar masyarakat menjauhi penyakitnya bukan orangnya.
Secara panjang lebar, iapun menceritakan awal mulanya terkena TBC,dan bagaimana perjuangannya menjalani pengobatan panjang hingga sembuh. “Sayang meski telah sembuh, saya masih harus menghadapi stigma di sekolah bahkan hingga diminta untuk pindah sekolah,” ujar Vivi.
Rina Triasih, M.Med (Paed), Ph.D, Sp.A (K) Direktur Zero TB Yogyakarta sekaligus tim dokter RSUP dr. Sardjito yang menangani Vivi mengatakan penyakit TBC yang dialami Vivi tergolong berat. Iapun sangat prihatin seringkali menjumpai pasien-pasiennya masih muda dan menderita TBC berat.
Karenanya, ia sangat bangga melihat perjuangan Vivi sembuh dari penyakit TBC berat. Iapun merasa senang karena setelah dinyatakan sembuh, Vivi bersedia mengedukasi sesamanya berbekal pengalaman yang ia jalani.
“Vivi saat ini tergabung dalam Kader Muda Zero TB yang aktif menyampaikan edukasi terkait TBC kepada masyarakat melalui berbagai cara kreatif. Beberapa produk yang dihasilkan oleh kader muda antara lain pembuatan konten reels hingga video edukasi dengan mengangkat budaya lokal wayang kulit,” terang Rina Triasih.
Narasumber lain Sekar Putri Andriani mewakili Center for Indonesia Medical Student’s Activities (CIMSA) UGM memaparkan aktivitas organisasinya yang berkaitan dengan TBC. Dalam kesempatan ini, ia memotivasi para peserta untuk terlibat aktif dalam upaya edukasi TBC kepada masyarakat.
Menurutnya generasi muda mempunyai potensi yang besar untuk mengedukasi masyarakat perihal TBC melalui kanal-kanal yang biasa digunakan. Iapun berharap siswa-siswi SMA Negeri 10 Yogyakarta menjadi pelopor dalam upaya tersebut.
“It starts with Youth tulis Sekar Putri Andriani dalam materi presentasinya. Melalui presentasinya tersebut maka para peserta bisa memulai aktivitas dengan menyasar keluarga sebagai kelompok yang paling dekat dan paling bisa dijangkau.
Dalam pandangan yang sama, Siva Anggita yang mewakili Indonesia Muda untuk Tuberkulosis (IMUT TB) menyatakan IMUT TB sebagai gerakan yang ia pimpin sudah berdiri sejak 2019, dan beranggotakan anak-anak muda yang mempunyai kepedulian terhadap TBC. Dalam kesempatan ini, ia mengajak beberapa peserta untuk maju ke panggung dan memantik mereka untuk mengeluarkan potensinya dalam edukasi TBC.
Dalam waktu singkat, muncul ide-ide untuk membuat edukasi tentang TBC melalui media sosial. Media sosial, disebutnya menjadi media yang bisa dipergunakan untuk promosi kesehatan tentang TBC.
“Edukasi yang dilakukan oleh anak muda menyasar anak muda lainnya itu penting, karena 30 persen pasien TBC adalah anak muda,” papar Siva.
Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta, Sri Moerni, S.Pd. merasa beruntung sekolahnya dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan acara tersebut. Menurutnya, pengetahuan tentang TBC sangat penting.
“Kita berharap para siswa mendapatkan manfaat dari keikutsertaannya di acara ini,” ucap Sri Moerni.
Penulis: Agung Nugroho