Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)-Pengabdian Masyarakat (PM) Edukasi Seksual berdasarkan Social Emotional Learning (ESSEL) UGM meluncurkan program edukasi seksual bagi penyandang tuna grahita dengan pendekatan social emotional learning. Program yang telah berlangsung pada September lalu ini hadir sebagai respon terhadap meningkatnya kasus kekerasan seksual yang dialami oleh mereka yang termarjinalkan.
Faiqal Dima Hanif, selaku ketua pelaksana program menjelaskan bahwa masalah kekerasan seksual merupakan permasalahan yang harus segera ditangani.
“Perilaku remaja penyandang tunagrahita yang cenderung belum tahu batasan antar lawan jenis akan meningkatkan potensi kasus kekerasan seksual, berangkat dari urgensi itu program edukasi seksual kami rancang,” ungkapnya.
Selama tahap perancangan dan pelaksanaan program, Faiqal dibantu oleh empat orang anggota tim, yaitu Yunintria Imtihanah, Adira Zahra, Clara Widyatna, dan Kiara Maharani. Tim PKM-PM ESSEL juga membuka rekrutmen terbatas untuk sukarelawan, dengan persyaratan mahasiswa berasal dari Fakultas Psikologi. Syarat tersebut diberikan lantaran pengetahuan mahasiswa Psikologi yang relevan dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus sehingga harapannya dalam pelaksanaan program dapat optimal.
Berjargon ‘Belajar Bermain Bersama’, tim PKM-PM ESSEL telah berhasil melaksanakan program dalam mengedukasi anak-anak SLBN 2 Yogyakarta. Terdapat dua materi utama yang disampaikan, yaitu tentang perilaku seksual yang aman dan kesehatan reproduksi. Proses pembelajaran dengan pendekatan social emotional learning dilakukan melalui empat tahapan, berupa stimulasi, diskusi, roleplay, dan refleksi.
Selama pelaksanaan program, kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh tim PKM-PM ESSEL selalu dilakukan secara interaktif dan menyenangkan. Sesi permainan seperti ular tangga telah dirancang dengan memasukkan pertanyaan-pertanyaan terkait edukasi seksual yang telah diajarkan sebelumnya pada sesi stimulasi dan diskusi. Selain itu, tim PKM-PM ESSEL juga menerbitkan buku refleksi sebagai panduan siswa dalam menyampaikan perasaan dan pemahaman selama kegiatan.
Pelaksanaan program edukasi seksual ini secara keseluruhan direspon hangat oleh warga sekolah lainnya. Salah satunya diungkapkan oleh salah satu guru SLB N 2 Yogyakarta, Wiwik Sri Rejeki. Menurutnya, program edukasi seksual yang dilakukan sangat bagus dan membantu, para pengajar.
“Kami sangat terbantu dan anak-anak sangat senang dan menerima program ini yang terlihat dari ekspresi mereka yang sangat senang menyambut kakak-kakak dari UGM. Harapannya program ini bisa terus dilaksanakan secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Penulis: Tim PKM; Editor: Ika