Berkembangnya disrupsi pada media komunikasi menyebabkan perubahan sistem media. Idealnya, media berperan sebagai pembawa wacana di tengah masyarakat melalui informasi. Namun, yang terjadi saat ini media justru cenderung mengikuti perkembangan topik-topik yang muncul di masyarakat, hingga memengaruhi independensi media itu sendiri. Salah satu wacana yang tidak banyak dibahas media adalah persoalan HAM. Padahal, isu tersebut memerlukan perhatian lebih karena berkaitan dengan perkembangan realitas HAM di Indonesia.
Melalu disertasinya, Dr. Senja Yustitia, S.Sos., M.Si. meneliti perkembangan sistem media dalam menyajikan informasi tentang HAM.
“Selama ini Hak Asasi Manusia (HAM) hanya dijadikan sebagai latar peristiwa semata. Tapi dalam penelitian ini, terlihat dari evolusi bingkai yang sudah saya jelaskan termasuk konsistensi bingkai dan perkembangannya. Riset ini menempatkan HAM sebagai situs yang tidak remeh temeh. Kemudian di sini juga tidak hanya menekankan pada wartawan saja, namun juga bagaimana media itu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada,” ucapnya.
Posisi media sebagai pembentuk konstruksi realitas di masyarakat menjadi penting untuk memilah informasi dan meningkatkan urgensi atas isu tertentu. Wacana akan HAM sendiri mulai marak dibahas pada masa awal reformasi. Sayangnya, menurut Senja isu HAM semakin lama semakin hilang dari pembahasan masyarakat karena media tidak lagi membawa isu tersebut sebagai informasi yang intens. Bahkan, menjelang Pemilu 2024, HAM tidak menjadi topik pembahasan yang diprioritaskan masyarakat jika dibandingkan topik tentang kesejahteraan dan ekonomi.
“Saya rasa kita harus memberikan tekanan bahwa media itu secara umum harus bisa memanggil banyak suara dan banyak keresahan baru. Ada banyak isu-isu HAM yang sifatnya mendasar dan itu tidak pernah mendapatkan ruang di media. Ini cukup berbahaya, karena kita semua tahu HAM itu secara takut-takut dibicarakan dan memang tidak dibuka selebar-lebarnya karena dianggap terlalu liberal, merusak, dan sebagainya,” ujar Promovenda. Penelitian ini digali dengan cara menganalisa 241 artikel berita dari media yang dirilis sejak tahun 1998-2019. Hasilnya menunjukkan pola konsistensi dan framing (bingkai) berita yang dibangun dalam media dari tahun ke tahun.
Bingkai yang paling banyak muncul tentang HAM adalah bingkai tanggung jawab pihak tertentu akan kejadian pelanggaran HAM, dan amanat serta cita-cita reformasi. Pembahasan HAM muncul dengan intens ketika dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM yang belum terselesaikan hingga kini. Namun selebihnya, pembahasan HAM secara lebih luas tidak banyak terjadi. Senja juga mengungkapkan, pembahasan HAM di media beberapa kali mengalami stagnasi dan kurangnya inisiatif media untuk menghadirkan kebaruan.
“Wacana-wacana yang muncul itu seringkali justru menengahkan bahwa hak asasi manusia itu harus diimbangi dengan tanggung jawab, toleransi, atau harmonisasi. Pada saat wacana itu muncul, sebenarnya ada sebuah kegelisahan yang teramat dalam. Wacana itu membuat orang yang kritis terhadap hal ini secara tidak langsung terpolarisasi. Maka media harusnya kemudian mengangkat media tersebut untuk memberikan wacana yang berimbang, sehingga topik-topik komunikasi itu hidup di tengah kita,” tambah Senja.
Penulis: Tasya