Universitas Gadjah Mada dan PT Bina Karya Prima jalin kerja sama dalam bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Naskah perjanjian kerja sama ditandatangani Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius Susatyo Wijoyo, S.E., M.M., dan Direktur Human Capital PT Bina Karya Prima, Bambang Yapri, di Gedung Pusat UGM, Kamis (9/6).
Ignatius Susatyo Wijoyo mengungkapkan UGM sangat membutuhkan dukungan dan kerja sama dari perusahaan-perusahaan. Bentuk dukungan salah satunya dari PT Bina Karya Prima sebagai salah satu perusahaan FMCG terbesar di Indonesia.
“Bicara UGM ini komplet, semua expert ada disini, ada 18 fakultas 2 sekolah. Sebagai perguruan tinggi terlengkap, UGM terus berbenah dan ingin lebih dekat dengan industri diantaranya melalui program MBKM agar lulusan nantinya bisa siap pakai,”ujarnya.
Dengan kerja sama ini diharapkan mahasiswa-mahasiswa UGM memiliki kesempatan magang di PT Bina Karya Prima. Harapan sama juga untuk para pengajar bisa terlibat dalam industri untuk penelitian dan pengembangan dan sebaliknya para praktisi perusahaan PT Bina Karya Prima membagi pengalamannya ke UGM.
“Bisa juga nanti research bersama, ada program internship, pemagangan. Jadi, tidak hanya mahasiswa saja, tapi dosen juga bisa ikut terlibat. Apalagi tidak lama lagi kita akan adakah acara untuk para inventor,” ucapnya.
Ignatius Susatyo Wijoyo memastikan PT Bina Karya Prima sebagai industri tentu memiliki kebutuhan atau keperluan yang bisa disupport oleh UGM. Ia pun meyakini PT Bina Karya Prima terkait risetnya mengenai produk baru, pengembangan produk, dan segala macamnya perlu dukungan pihak lain.
“UGM tentunya bisa melakukan itu, tapi kita tidak tahu industri butuhnya apa. Ini yang nanti bisa dikerjasamakan tim penelitian kami atau kita mau mengadakan semacam pengabdian pada masyarakat melalui CSRnya atau apa. Atau cara-cara lain seperti melibatkan KKN karena KKN kita terbaik se-Indonesia. Sebagai community service, KKN UGM tidak hanya sekitar Jogja tapi seluruh Indonesia di daerah 3T,” imbuhnya.
Sementara itu, Bambang Yapri menyatakan PT Bina Karya Prima saat ini sedang mengalami masa transisi dari generasi pertama ke generasi kedua sehingga berbicara modernisasi di PT Bina Karya Prima sekaligus membicarakan soal sustainability perusahaan.
“Ada tantangan tentu saja untuk proses kerja dari family company yang ingin lebih kontribusi lagi,” katanya.
Jika perusahaan sebelumnya bersifat padat karya maka saat ini PT Bina Karya Prima transisi lebih ke teknologi sebagai konsekuensi dari pengembangan teknologi yang dipakai saat ini. Sebagai tantangan dari perjalanan yang dilalui dari di tiga perusahaan terakhir maka PT Bina Karya Prima saat ini lebih ke manufaktur
“ Ini tentunya menjadi tantangan bagi teman-teman alumni atau mahasiswa baru untuk mau bekerja di dunia manufacturing, termasuk perkebunan,” katanya.
Bambang Yapri mengakui ada tantangan tersendiri mengambil tenaga profesional untuk mau ditempatkan di bidang manufaktur. Bidang ini, dinilainya sebagai bidang yang tidak seksi dibanding bidang tech company.
Ada beberapa negara yang menjadi barometer tech industri karena tidak memiliki sumber daya alam. Makanya pilihan mereka pada tech industri dan service industri, sementara Indonesia banyak memiliki SDA.
“Karenanya membangun karaktaer tangguh dan mandiri menjadi penting dan tidak mudah. Itu saya kira banyak ditemui pada mahasiswa-mahasiswa perantau yang ada di UGM,” terangnya.
Penulis : Agung Nugroho