Universitas Gadjah Mada dan Stop Tubercolosis Partnership Indonesia (STPI) melaksanakan perjanjian kerja sama. Perjanjian kerja sama terkait kampanye tubercolosis dalam bentuk seminar, lokakarya, dan sosialisasi ditandatangani Dr.dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS, mewakili Universitas Gadjah Mada dan Nabila Meidina Hapsari, S.Psi dari Yayasan Kemitraan Strategis Tubercolosis Indonesia.
Andreasta Meliala menyatakan rasa terima kasihnya atas terlaksananya kerja sama ini. Menurutnya, kerja sama ini sangat penting mengingat Indonesia menduduki nomor dua soal tuberculosis, sementara di tahun 2030 semua pihak sudah berkomitmen untuk menurunkan angka tuberculosis semaksimal mungkin.
“Tantangan paling besar menyangkut tuberculosis adalah pada anak-anak muda karena mereka berpikir mungkin tuberculosis penyakitnya orang tua dan hanya ada di kelas bawah. Padahal, kita tahu evidencenya menunjukkan cukup tinggi yang menyerang kelas atas dan pada anak-anak muda juga banyak,” katanya di ruang Sidang Pimpinan UGM sayap timur Gedung Pusat UGM, Jumat (1/9).
Untuk itu, katanya, sangat penting memberikan edukasi kepada anak-anak muda. Menjadi penting karena jika anak-anak muda diedukasi oleh orang tua mungkin dinilai tidak pas karenanya sangat diperlukan anak muda yang mengedukasi anak muda.
Munculnya IMUT (Indonesia Muda untuk Tubercolosis) menjadi istilah sangat tepat. IMUT menjadi salah satu inisiasi yang sangat serius karena kemudian masuk universitas. Apalagi jika sudah masuk kampus UGM dan menjadikan mahasiswa sangat perhatian dengan tubercolosis tentu mereka akan turun ke masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang tuberculosis.
“Karena ketika turun ke masyarakat melalui program Merdeka Belajar semua akan melakukan kegiatan-kegiatan di lapangan perlu diberikan bekal pengetahuan tentang tuberculosis ini. Ini sangat penting untuk disosialisasikan pada mereka dan mereka akan mentransmisikan ke masyarakat. Artinya dengan kerja sama ini harapannya literasi mahasiswa cukup tinggi soal tuberculosis sehingga mereka akan menyampaikan ke masyarakat,” ucapnya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Nabila Meidina Hapsari, S.Psi selaku wakil dari Yayasan Kemitraan Strategis Tubercolosis Indonesia. Yayasan Kemitraan Strategis Tubercolosis Indonesia yang secara branding lebih dikenal sebagai Stop Tubercolosis Partnership Indonesia (STPI) berdiri sejak 2018 dan didirikan oleh almarhum Panigoro yang berpulang di tahun 2022. Mereka terus berjuang meneruskan apa yang sudah dirintis untuk mengeliminir tuberculosis dan mendukung program pemerintah menurunkan angka tuberculosis di tahun 2030.
“Tubercolosis sudah menjadi urutan kedua, tentu ini bukan prestasi, bukan kebanggaan tapi harus menjadi perhatian kita bersama. Bahkan Presiden Jokowi sudah mengeluarkan Perpres No 67 tahun 2021 untuk ini. Kita harus meningkatkan kerja sama untuk bisa mengeliminir tuberculosis ini,” ucapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie