Kesadaran dan pengetahuan kesehatan jiwa saat ini perlu dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya pemerataan terkait kondisi kesehatan jiwa di Indonesia juga dapat menjadi salah satu upaya pembangunan bangsa. Pemerintah dan Dinas Kesehatan saat ini masih memiliki keterbatasan dalam membangun sistem kesehatan jiwa hingga daerah rural.
“Saat ini pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat belum tertata dan perlu penataan pelayanan kesehatan jiwa bahkan sampai ke rural atau daerah sulit,” ujar Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph. D, Staf Khusus Menteri Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, pada Selasa (14/12) dalam Webinar Mental Health for Rural Indonesia.
Tantangan yang dihadapi dalam penataan ini adalah bagaimana peranan inovasi dapat menjangkau pelayanan kesehatan jiwa di daerah rural hingga apa faktor penting apa saja yang harus menjadi perhatian mengingat keterbatasan tenaga kesehatan untuk pelayanan jiwa.
Dr. Diana Setiyawati, MHSc, Ph.D, Ketua Peneliti CPMH Fakultas Psikologi UGM, menjelaskan upaya program kesehatan jiwa masih berupa peningkatan kesejahteraan, namun belum merata, promosi kesehatan yang belum jadi program bagi semua lini, program kesehatan jiwa masih berupa sistem kesehatan dan belum lintas sektoral.
Ketimpangan sistem kesehatan jiwa di Indonesia dapat tercermin dari adanya ritual dan praktik pemasungan yang masih dijadikan solusi bagi orang yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Rumah sakit dan panti tidak ada di daerah kami. Sehingga kami mencoba untuk memberikan sebuah solusi yaitu dibangunnya rumah bebas pasung. Dengan membangun rumah yang baik bertujuan supaya pasien dan keluarga aman dan nyaman,” jelas Romo Dr. C. Suparman Andi, MI, Aktivis MH di NTT, saat menjelaskan peranan tokoh agama dalam praktik pemasungan di daerah rural.
“Berdasarkan data di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaan psikolog puskesmas berbanding lurus dengan skor literasi kesehatan jiwa. Daerah yang memiliki psikolog puskesmas yang terbesar dengan baik memiliki skor literasi kesehatan jiwa yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak,” papar Diana.
Yogyakarta dan Sleman saat ini memiliki potensi sistem kesehatan jiwa yang komprehensif. Diana berharap sistem ini dapat menjadi salah satu percontohan yang dapat diterapkan di daerah lain.
Sistem kesehatan jiwa yang baik melibatkan berbagai lapisan masyarakat yaitu dengan adanya literasi individu yang baik terhadap kesehatan jiwa, adanya sistem kesehatan jiwa dalam lingkup sekolah, traditional healer / panti yang mau bekerja sama dengan profesional kesehatan jiwa, serta penguatan kesehatan jiwa berbasis keluarga. Keseluruhan sistem ini diharmonisasi oleh peranan puskesmas di masyarakat.
Selengkapnya disini.
Penulis: Khansa