YOGYAKARTA – Gunung Merapi merupakan gunung api paling aktif di dunia. Untuk memantau aktivitas kondisi puncak merapi jelas membutuhkan tenaga ekstra. Oleh karena itu, tim peneliti UGM bekerjasama sama dengan Lapan coba memanfaatkan teknologi pesawat terbang nir awak (Unmanned Aerial Vehicle ) untuk melakukan pemotretan kubah Merapi dari udara. Diperoleh gambar puncak Gunung Merapi untuk pertama kali sejak Merapi mengalami letusan besar tahun 2010.
Alasan para peneliti menggunakan pesawat nir awak ini didasarkan pada kondisi aktifitas merapi yang tinggi dengan frekuensi letusan yang kerap muncul sehingga diperlukan sistem pemantauan dengan tingkat keamanan yang tinggi serta persyaratan terbang yang murah dan mudah. Uniknya, pesawat kecil ini dibuat dengan menggunakan bahan stereoform. Memiliki panjang sekitar 1.2 meter dan panjang sayap 1,6 meter. Dilengkapi sistem terbang otomatis, sehingga dapat terbang bebas sesuai sasaran dan jalur terbang yang telah ditentukan. “Pesawat ini mampu terbang vertikal dengan ketinggian hingga 3300 m. Yang kita lakukan, terbang sekitar 400 meter di atas Puncak Merapi dan melakukan misinya terbang selama 30 menit,†kata peneliti Elektronika dan Intsrumentasi FMIPA UGM, Drs. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc, Senin (30/4).
Dalam pengambilan gambar di lapangan pada 25-26 April lalu, pesawat nir awak ini dipasang kamera pocket untuk memotret gambar-gambar kondisi di atas puncak gunung Merapi dari berbagai sisi. Hasilnya, sekitar 900 gambar dengan resolusi 12 Mega pixel yang berhasil diperoleh. Selanjutnya gambar-gambar tersebut diolah oleh Tim dari Geofisika UGM yang dipimpin oleh Prof. Kirbani S Brotopuspito, untuk menghasilkan foto tiga dimensi agar bisa memberikan informasi yang lebih rinci. “Gambar diolah menjadi basis data dan informasi 3D tentang bentuk kubah dan penumpukan limpahan lahar pasca Erupsi,†katanya.
Bahkan lewat foto 3 Dimensi, menurut Tri Kuntoro, volume lahar dingin dan volume kubah dapat diperhitungkan. “Sumber utama bencana berupa besarnya guguran lahar dapat diperhitungkan. Penting untuk proses mitigasi, evakuasi dan peringatan dini tentang besarnya bencana yang timbul,†imbuhnya.
Dikemukakan Tri Kuntoro, kegiatan ini untuk pertama kali pengambilan gambar puncak Merapi menggunakan pesawat terbang tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle). Teknologi ini sangat dimungkinkan untuk digunakan di masa-masa mendatang mengingat kebutuhan pemantauan spasial harus dilakukan secara berkala terhadap Gunung Merapi. Tidak hanya kondisi puncak, tidak menutup kemungkinan direncanakan untuk melakukan uji terbang untuk pemotretan area yang lebih luas, sehingga mencakup seluruh area bahaya dan potensi bahaya Merapi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)