Berdasarkan hasil studi terkait investasi multi platform memperlihatkan keterlibatan generasi muda dalam sistim ekonomi khususnya investor retail cukup menggembirakan. Bahkan, mereka dominan mencapai 75 persen dengan mayoritas usia 18-35 tahun. Artinya, rata-rata dari mereka adalah pelajar atau mahasiswa dan ini penting untuk diapresiasi secara positif sebab sedari muda sadar investasi.
Claudia Kolonas, Co-Founder Pluang, menyatakan fenomena tersebut menjadi hal yang menarik. Diakui atau tidak, menurutnya sejak era pandemi terlihat banyak anak muda terutama Generasi Milenial dan Generasi Z menjadi lebih melek investasi.
Bagi Claudia fenomena ini menjadi hal yang baik sebab jika dibandingkan dengan zaman sebelumnya orang mulai melakukan investasi saat sudah berumur 40 tahun atau bahkan 50 tahun. Tapi kondisi saat ini menarik sebab tidak sedikit dari mereka baru berumur 18 tahun.
“Menarik masih muda sudah mulai investasi dan belajar dan sekarang memang dengan mudahnya orang bisa mengakses baik melalui online, sosmed dan lain-lain untuk belajar investasi,” ujarnya di Auditorium Mandiri Lt 4 Fisipol UGM, Selasa (20/12) saat menjadi pembicara Talk Show bertema Smart Investment for Smart Generation: Tren Finansial Anak Muda Menjelang 2023 hasil kerjasama Pluang dan Universitas Gadjah Mada.
Claudia menyampaikan hasil riset dari IDM memperlihatkan 50 persen dari Generasi Z atau Generasi Milenial sebenarnya sudah tertarik dengan apa itu investasi. Dari data tersebut memperlihatkan kondisi yang sangat berbeda dengan 5 tahun kebelakang, dan ketertarikan anak muda di investasi ini benar-benar telah merubah pikiran anak-anak muda di Indonesia.
Hal menarik lainnya dari segi literasi keuangan. Terdapat peningkatan penguasaan literasi keuangan terutama di Indonesia karena semua serba bisa akses secara digital. Literasi keuangan ini meningkat cukup signifikan, tercatat 50 persen atau 5 dari 10 orang dinilai sudah melek finansial atau sudah memahami konsep literasi keuangan.
“Banyak orang kaya dunia ini karena mereka sudah investasi sejak muda. Dengan internet dan digital tentunya memudahkan bagi kita membaca dan mempelajari berbagai investasi secara online. Meski begitu untuk berinvestasi pilihlah platform yang legal, dan memilih dengan logis jangan tergiur iming-iming influencer dan lain-lain, tetapi pelajari informasi-informasi yang ada dan gunakan kritikal thinking untuk memilih investasi,” ujar Claudia berpesan.
Bagi Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M, Guru Besar Hukum Bisnis UGM, kritis membagi investasi suatu keniscayaan. Bukan persoalan banyak sedikitnya uang yang dimiliki tetapi bagaimana bisa membagi dengan kemungkinan risiko dan menciptakan opportunity (peluang) sebagai suatu keniscayaan.
“Artinya hidup harus kritis, selalu paham bahwa kita ini tidak selalu aman dari semua risiko yang akan terjadi. Tetapi bukannya semua risiko tidak dapat dihitung, risiko bisa dihitung,” katanya.
Paripurna mengungkapkan anak-anak sekarang ini dilahirkan di dunia yang serba tidak pasti, dan alam menciptakan DNA menjadikan mereka lebih paham tentang adanya perubahan. Dari situlah, menurutnya, tidak menjadi tren lagi ketika uang ditabung semuanya di bank.
“Tetapi tidak keren juga jika semua uang kemudian dibeliin crypto currency misalnya. Itu tidak keren juga, orang harus bisa kritis membagi investasi,” paparnya.
Menurut Paripurna diperlukan kecerdasan dan sikap hati-hati dalam berivestasi. Untuk mendapatkan legal protection, generasi muda diharapkan bisa berinvestasi dan membuat transaksi dengan cara legal, dan dilakukan oleh legal company.
“Providernya harus legal, yang jualan juga legal sehingga akan mendapatkan legal protection. Intinya itu saja untuk aman investasi, dan banyak-banyaklah berdoa, karena bisa memberi ketenangan dalam berpikir dan tepat dalam mengambil keputusan. Jangan habiskan modal untuk berinvestasi dalam satu tempat karena tidak ada yang abadi dan pasti didunia ini, semua ada risikonya,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto