President of the Association for Asian Studies (AAS) Prof. Hyaeweol Choi dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr. Wening Udasmoro menutup Konferensi Internasional AAS in Asia di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis (11/7) malam. Penutupan kegiatan konferensi ini ditandai dengan pementasan tari beksan wanara, dimana para peserta diajak untuk ikut menari bersama dengan para penari.
Dalam pidato sambutannya, Hyaeweol Choi mengatakan konferensi AAS in Asia berjalan cukup lancar dan memberi pengalaman bagi peserta dalam berbagi hasil penelitian dan pengalaman menikmati atraksi budaya yang disuguhkan oleh penyelenggara. “Sungguh luar biasa bisa berkolaborasi dengan UGM tahun ini. Panitia penyelenggara dan acara budaya serta panel yang ditampilkan luar biasa, dipersiapkan dengan sangat baik. Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang menghadiri konferensi ini,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, menyampaikan apresiasi pada peserta yang mengikuti konferensi selama tiga hari dengan penuh semangat. “Jadwal yang padat dan banyaknya panel yang menampilkan topik-topik menarik, tidak diragukan lagi menjadikan kami bahwa ini sebuah perjalanan yang ketat secara intelektual,” kata Wening.
Menurutnya presentasi riset yang disampaikan oleh para peserta telah menjadi sumber inspirasi dan pengayaan akademis mencakup upaya mengatasi kesenjangan sosial, politik, dan ekonomi, serta hubungan yang sangat dinamis di dalamnya. “Sepanjang konferensi ini, kami telah mengeksplorasi bagaimana budaya tradisional dilestarikan, dimodifikasi, dan dihibridisasi,” katanya.
Di konferensi ini, banyak peserta menyampaikan hasil kajian budaya-budaya baru yang tidak hanya berkembang dalam konteks asli mereka tetapi juga melampaui batas-batas negara. Pada saat yang sama, kata Wening, kita juga dihadapkan pada kenyataan marginalisasi budaya, bahkan di dalam wilayah masyarakat asli. Beragam strategi yang digunakan oleh komunitas budaya marginal untuk bertahan dan melawan. “Saya kira di Asia, ditambah dengan wawasan para peneliti, praktisi budaya, dan seniman dari seluruh dunia, telah menjelaskan fenomena ini,” ujarnya.
Secara khusus Wening menyampaikan penghargaan yang tulus pada seluruh peserta atas kontribusi mereka dalam berbagi hasil penelitian dan pengalaman budaya. Di sisi lain, UGM yang menjadi bagian dari jaringan institusi pendidikan global menyambut hangat terjalinnya peluang kolaborasi antar pihak dengan berbagai bidang studi yang bisa dikerjasamakan. “Harapan tulus kami agar konferensi AAS di Asia yang dilaksanakan UGM ini telah menciptakan kenangan positif bagi seluruh peserta,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Firsto