Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Nasional yang dilakukan tahun 2018 menunjukkan data bahwa 92,6% anak usia 5-9 tahun mengalami masalah karies gigi yang diakibatkan tingginya konsumsi makanan manis di kalangan anak-anak. Dalam upaya mendukung target pemerintah yakni Indonesia bebas karies pada tahun 2030, Tim mahasiswa UGM mengembangkan formulasi baru untuk permen antikaries gigi berbasis teknologi nano yang menggunakan ekstrak buah tempayang (Sterculia lychnophora) dan nano kitosan.
Tim UGM terdiri dari Salsabila Desti Winarno (Farmasi 2022), Nabila Fahrida Rahma (Farmasi 2022), Meilafaisa Wilis Alfidia (Kimia 2022), Almadhitya Salsabila (Kedokteran Gigi 2022), dan Ade Zulfa Imania (Farmasi 2022), Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei hingga Juli 2024 dengan bimbingan Dosen Farmasi UGM, Marlyn Dian Laksitorini, M.Sc., Ph.D.
Almadhitya Salsabila mengatakan ide penggunaan buah tempayang dalam riset ini berdasarkan pengamatan keseharian masyarakat Pemalang yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Bahkan dalam literatur juga diketahui, ekstrak buah tempayang memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan pembentukan biofilm pada gigi.
Selain buah tempayang, tim peneliti juga memanfaatkan nano kitosan sebagai bahan tambahan dalam formulasi permen anti karies. Nanopartikel kitosan telah terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap S. mutans. “Keunggulan lain dari nanopartikel kitosan adalah biodegradable, biocompatible, dan tidak mempengaruhi estetika gigi,” tutur Almadhitya.
Seperti diketahui, bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa menjadi glukan menggunakan enzim glukosiltransferase, membentuk biofilm, dan menghasilkan asam. Proses ini menurunkan pH di sekitar gigi, menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. “Oleh karena itu, kami menggunakan bahan xylitol dan sorbitol sebagai pengganti sukrosa,” ujar Nabila, anggota tim lainnya.
Nabila menjelaskan penggunaan xylitol dan sorbitol juga dapat membantu mempertahankan tekstur kenyal pada permen gummy karena memiliki sifat hidrasi yang tinggi. Hal ini membuat permen kami mudah dikunyah dan memiliki konsistensi yang baik. “Selain itu, xylitol dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, mengurangi produksi asam yang merusak enamel gigi, serta meningkatkan produksi air liur untuk menetralkan keasaman plak,” jelasnya.
Nabila berharap, penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang kesehatan gigi pada anak di Indonesia. Selain itu, hasil riset ini juga dapat diterapkan dalam pengabdian masyarakat melalui pembuatan modul atau video untuk meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan produk dapat menjadi peluang kewirausahaan.”Kami berharap bahwa produk ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan,” tutupnya.
Penulis : Triya Andriyani
Editor : Gusti Grehenson