Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Mahasiswa (GIK) UGM menggelar Global Innovation & Future Technology Summit (GIFTS) 2024 pada 14-15 November 2024. Ajang ini merupakan kolaborasi UGM dengan dua universitas ternama internasional, yakni National University of Singapore (NUS) dan Tsinghua University (THU). China, bertajuk “Women in Stream”, GIFTS dibuka pada Kamis (14/11) bersama puluhan akademisi, pakar, dan industri.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA. mengapresiasi hasil kolaborasi tiga perguruan tinggi ini dalam dalam membawa konsep technopark yang menggabungkan antara akademik dengan teknologi. “Kita ingin membawa isu sosial budaya, lingkungan, dan inklusivitas. Harapannya kita tidak hanya menghasilkan inovasi, namun juga berdampak ke masyarakat,” ucap Wening.
Kembali dijelaskan Wening, UGM ingin membuat platform bagi para pegiat industri agar bisa berkolaborasi dengan sektor akademik. GIK UGM menjadi salah satu bentuk implementasi komitmen tersebut. Melalui langkah ini, nantinya akademisi mampu menyelaraskan perspektif dengan industri sehingga menelurkan inovasi terbarukan dari pembangunan nasional. Tak lupa ia juga menyebut teknologi sebagai saluran inovasi terbesar yang mampu membawa perubahan.
Hal senada juga disampaikan oleh Brian Koh dari National University of Singapore. Menurutnya, universitas menjadi pusat inovasi, pengembangan teknologi, dan evaluasi menuju masa depan. Penting bagi sektor akademik agar saling berkolaborasi lintas negara dan disiplin ilmu. Brian mengatakan inovasi tidak ada artinya apabila tidak diwujudkan untuk kepentingan masyarakat.“Inovasi adalah proses transformasi mendapatkan solusi. Jadi ada masalah yang perlu diselesaikan. Elemen ini penting agar inovasi kita berdampak,” terang Brian.
Selain itu, ia ingin agar ajang GIFTS 2024 dapat menginspirasi munculnya kolaborasi lain dalam menghadapi berbagai macam krisis global saat ini.
Sejalan dengan itu, Wang Xiaoxiao dari Tsinghua University menyebutkan peran perempuan dalam akademik dan teknologi informasi perlu didorong. “Kita ingin membuat real-world solution dan itulah tujuan kita berkolaborasi. Kita ingin mewujudkan dunia yang inklusif, itu tema kita,” ujarnya.
Wang menambahkan, kolaborasi yang dicetuskan harapannya tidak berhenti dalam satu atau dua program saja, melainkan terus berkelanjutan dan berdampak.
Sekedar informasi, GIFTS 2024 mengusung tema inklusivitas dengan peran perempuan dalam perkembangan teknologi. Urgensi tersebut diambil berdasarkan data keterlibatan perempuan dalam industri Science, Technology, Engineering, Arts, and Management (STREAM) yang hanya sebesar 28%. Sebagian masih didominasi oleh kelompok laki-laki. Merespon isu tersebut, GIFTS 2024 tidak hanya menggelar seminar, namun juga berbagai pelatihan keterampilan bidang sains dan teknologi untuk perempuan.
GIFTS 2024 terdiri dari serangkaian program seminar, talkshow, workshop, hingga pameran. Menghadirkan sejumlah pakar di bidangnya masing-masing, GIFTS 2024 fokus membahas isu-isu sosial khususnya peran perempuan dalam teknologi, sains, entrepreneur, seni, dan manajemen. Harapannya, ajang ini dapat membuka kesempatan bagi perempuan agar bisa berkarya sesuai minat dan bakatnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson