Penelitian terbaru yang telah beredar di media massa menyebutkan dari lima produk teh celup yang beredar secara komersial di masyarakat menunjukkan bahwa kantong teh dari produk tersebut melepaskan mikroplastik saat diseduh dengan air panas. Penelitian ini mengungkapkan kantong teh celup berbahan plastik berpotensi melepaskan jutaan partikel mikroplastik ke dalam tubuh. Pasalnya, saat kantong teh terbuat dari polimer dimasukkan ke dalam air panas, partikel mikroplastik yang dilepaskan bisa terserap oleh sel-sel usus dan memasuki aliran darah.
Temuan ini disampaikan oleh peneliti mikroplastik Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecological Observation and Wetlands Conservation/ Ecoton), Rafika Aprilianti, Senin (3/2). Selain itu, terdapat lima produk teh celup yang umum dan banyak beredar yang juga telah diteliti. Kesemuanya melepaskan mikroplastik saat diseduh.
Menanggapi hasil temuan ini, Dosen di Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, FK-KMK UGM, Dr. Annisa Utami Rauf, mengatakan adanya hasil temuan ini tidak serta merta peredaran teh celup dilarang. Menurutnya, belum ada aturan baku yang menyebutkan berapa kandungan mikroplastik yang seharusnya ada di kantong teh celup. Bahkan benang gantungannya saja sudah mengandung fragment mikroplastik. “Sepengetahuan saya tuh belum ada standar level yang baku. Jadi kita nggak tahu, misalnya beberapa kali minum itu berbahaya atau satu kali minum berbahaya, meski mikroplastik itu emergence kontaminan,” katanya.
Menurutnya, untuk konsumen yang suka minum teh celup, ujarnya, jika khawatir soal mikroplastik ini, bisa mengganti dengan penyajian dengan teh seduh yang disaring atau sejenis teh tubruk.
Terkait penanganan isu mikroplastik ini dalam produk kantong teh celup, menurutnya hanya perlu menyampaikan informasi ke masyarakat, bahwa memang kemasan kantong teh celup ada kandungan mikroplastik.”Jadi kita edukasi dulu terkait hal ini bahwa kandungannya memang ada. Kalau misalnya mereka sudah tahu, kita bisa sarankan bahwa tidak boleh terlalu sering mengkonsumsi,” paparnya
Di sisi lain, beliau juga menyarankan bahwa perlunya edukasi ke masyarakat agar mendapat wawasan terkait mikroplastik ini. “Karena mikroplastik sebenarnya ada di setiap komponen, misalnya mineral, tanah, tetapi karena pada teh celup langsung masuk ke jalur pencernaan, lalu kita tidak tahu efek berkelanjutan seperti apa dan itu yang membuat bahaya sebab tidak semua fragment itu bisa dikeluarkan dari tubuh,” katanya.
Meskipun begitu, ia menyebutkan tidak semua kantong teh celup terbuat dari plastik, ada beberapa jenis kantong teh celup terbuat dari kertas sehingga tidak menghasilkan mikroplastik dibanding kantong berbahan plastik. Mengingat hasil temuan ini, ia menyarankan masyarakat lebih bijak memilih produk sehari-hari, termasuk dengan kantong teh celup. “Sebaiknya beralih ke kantong teh berbahan kertas atau bahan ramah lingkungan lainnya untuk mengurangi paparan mikroplastik,” pesannya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson