
Intensitas curah hujan yang terjadi pada awal bulan Maret ini menyebabkan sejumlah wilayah dilanda banjir dan longsor. Sebanyak 14 kecamatan di Kabupaten Bekasi dan tujuh kecamatan di Kota Bekasi terendam banjir dan berdampak pada 52.000 jiwa.
Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof. Dr. Suratman, mengatakan bencana banjir yang terjadi di Bekasi tidak dapat disebut sebagai dampak dari tingginya intensitas hujan saja. Sebab, banjir sudah sering terjadi di saat musim penghujan tiba, tetapi dampaknya dapat meningkat yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya alih fungsi lahan di wilayah resapan air. “Penyebab yang lain adalah perubahan muka bumi. Pertumbuhan penduduk yang padat membuat pembangunan bertambah sehingga lahan resapan air berkurang oleh pembangunan-pembangunan yang tidak bertanggung jawab di wilayah konservasi dan perlindungan air. Inilah yang membuat hujan tidak diresap dan menjadi banjir,” paparnya, Kamis (14/3).
Yang disayangkan oleh Suratman adalah pembangunan yang padat yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS). Padahal wilayah DAS yang dipadati oleh permukiman membuat ruang dan tubuh air kehilangan gerakan alaminya. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah memulihkan kembali wilayah bantaran sungai dengan penertiban pemanfaatan ruang. “Lahan yang merupakan ruangan air jangan dimanfaatkan sebagai bukaan lahan baru untuk pemukiman. Beri ruang untuk air supaya air tidak ke mana-mana. Airnya harus terlokalisasi, misalnya dengan danau kota atau bendungan,” ucap Suratman.
Kepala Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) UGM ini mencontohkannya praktik baik Belanda dalam memanajemen air. Belanda memiliki sistem manajemen air yang baik dengan pengaturan ekosistem air yang mengatur pembangunan di wilayah teras sungai, pembangunan tanggul, perhitungan debit air di sungai, dan pengerukan dasar sungai dari endapan yang dibawa oleh air. Hal-hal ini terus dijalankan dan dievaluasi prosesnya sehingga meminimalkan risiko banjir dan Suratman menyebut normalisasi sungai harus dikuatkan di Indonesia.
Selain itu, Suratman juga menyampaikan empat aspek utama yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana banjir, yaitu manajemen lahan, vegetasi, air, dan manusia. Pengelolaan ini bisa memakai one river, one plan, one management. Misalnya, mengembalikan lahan air, mengembalikan vegetasi, dan diintegrasikan lewat sumur resapan serta yang paling penting adalah peran pemerintah untuk meregulasi dan memitigasi kondisi ini kepada masyarakat.“DAS ini penting sehingga ketangguhannya dalam merespons hujan itu wajib utamakan. Air adalah berkah, bagian dari alam. Kita sebagai manusia perlu belajar bertata krama dengan air, intinya jaga kepentingan alam dan hidup harmonis dengan lingkungan,” tutupnya.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Antara