
Virus Human Papillomavirus (HPV) baru-baru ini kembali menjadi topik pembicaraan. Terdapat lebih dari 200 jenis virus HPV yang mampu memicu resiko munculnya berbagai jenis penyakit, termasuk kanker serviks. Di samping itu, angka penerima vaksin HPV masih perlu ditingkatkan.
Pakar mikrobiologi klinis, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D, Sp. MK(K) menekankan sejumlah poin penting yang perlu diwaspadai terhadap virus HPV. “Virus ini mulai dikenali sejak tahun 80-an dan diketahui berhubungan dengan kanker serviks. Dikarenakan prevalensi kanker serviks ini cukup tinggi jadi vaksin HPV mulai dikembangkan dan masuk ke Indonesia,” ujar Tri, Kamis (19/6).
Menurutnya, pada banyak kasus, angka pemicu kanker serviks dari virus HPV bisa mencapai 70%. Angkanya bisa bertambah hingga mendekati 100% bergantung pada sistem imunitas tubuh dan klasifikasi kelompok beresiko. Secara khusus, virus HPV merupakan virus yang penularannya melalui kontak secara langsung dengan bagian alat reproduksi. Berbeda dengan virus HIV (human immunodeficiency virus), virus HPV tidak menular melalui cairan tubuh melainkan bersinggungan langsung antar kulit ke kulit. Sehingga aktivitas seksual tanpa adanya pertukaran cairan tubuh pun dapat menularkan virus HPV secara langsung. Maka kelompok paling berisiko adalah individu yang telah aktif secara seksual, dalam hal ini diasumsikan berada di rentang usia 20 tahun ke atas. “HPV itu ada banyak jenisnya, inkubasinya, dan gejalanya. Tidak semua virus HPV bisa memicu kanker serviks. Sebagian hanya memiliki gejala seperti kutil dan menghilang dengan sendirinya,” ungkap Tri.
Gejala virus HPV dan masa inkubasinya akan sangat bergantung pada sistem imun tubuh. Bahkan dalam banyak kasus, pasien tertular biasanya tidak merasakan gejala apapun. Namun perkembangan virus perlu dipantau agar tidak berkembang menjadi kanker serviks.
Vaksinasi HPV sendiri telah diupayakan diberikan sedini mungkin. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mendorong pemberian vaksinasi HPV, terutama pada remaja perempuan. Disampaikan Tri, pemberian vaksinasi memang seharusnya dilakukan sebelum memasuki usia beresiko atau aktif secara seksual. Semakin tua usianya maka efektivitas vaksin akan semakin menurun. Selain itu, baru-baru ini ada inisiasi vaksin untuk memutus rantai virus HPV dengan kanker serviks. Vaksin ini diperuntukan bagi pasien yang sudah tertular virus HPV agar resiko munculnya kanker serviks dapat diturunkan. Sayangnya vaksin jenis ini memang belum tersedia.
Tri menyebut, dikarenakan virus HPV tidak memiliki gejala langsung maka setiap orang perlu mawas diri dengan melakukan vaksinasi dan check-up berkala. Bagi individu yang sudah aktif secara seksual, maka dihimbau untuk waspada ketika berhubungan intim, seperti menggunakan pengaman dan tidak berganti-ganti pasangan. Satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah individu perokok aktif. “Meskipun jarang, virus HPV bisa menimbulkan kanker selain di genital. Kalau orang merokok bisa memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker di saluran pernafasan,” tuturnya.
Kendati demikian, Tri menjelaskan bahwa tidak perlu takut dan panik akan adanya virus ini. Mulai dari upaya preventif, penanganan, vaksin, hingga terapi sudah tersedia sehingga tidak serta merta langsung memicu kanker. Jika terdeteksi tertular maka segera lakukan pemeriksaan untuk memantau perkembangan virus secara berkala. Lebih lanjut, Tri juga mengingatkan agar tetap menjaga sistem imunitas tubuh dengan kebiasaan pola hidup sehat dan aktivitas fisik yang cukup.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik