
Air tanah di Kawasan Cekungan Air di daerah Sleman, Yogyakarta telah menjadi penopang utama kehidupan masyarakat. Sumber daya ini tidak hanya melayani kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menopang pertanian, pariwisata, dan sektor industri. Sayang, akibat ekstraksi berlebihan dan perubahan tata guna lahan yang cepat menjadi kebutuhan terhadap air tanah meningkat tajam, dan menjadikan kuantitas dan kualitas air mengalami penurunan secara terus menerus.
Hasil riset Mahasiswa program doktoral prodi Geologi UGM, Muhammad Haikal Razi, menyebutkan pembangunan yang masif, alih fungsi lahan, dan perubahan iklim turut memberi pengaruh yang signifkan pada kualitas air tanah. Bahkan penurunan kuantitas dan kualitas air tersebut mengancam ketahanan air bagi sekitar 2,5 juta penduduk di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.
Melalui riset disertasinya berjudul Penentuan Zona Imbuhan Air Tanah Berdasarkan Analisis Isotop dan Hidrogeokimia di Cekungan Air Tanah Yogyakarta–Sleman, Indonesia, memetakan zona imbuhan air tanah dengan menggabungkan pendekatan isotop stabil, analisis hidrogeokimia, dan interpretasi geologi bawah permukaan.
Haikal menjelaskan zona imbuhan adalah area penting tempat air hujan meresap ke dalam tanah dan mengisi cadangan air bawah tanah. Penelitiannya mengungkap bahwa zona imbuhan efektif terletak di bagian utara cekungan, pada elevasi antara 453 hingga 1.473 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Untuk wilayah DIY meliputi sebagian di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan di Kabupaten Sleman. Disebutnya daerah-daerah tersebut didominasi batuan vulkanik muda berpori dan memiliki tutupan lahan alami seperti hutan dan lahan terbuka,” kata dalam ujian terbuka promosi doktor di Departemen Geologi FT UGM, Kamis (25/6).
Menurutnya, penentuan zona imbuhan secara akurat menjadi hal sangat penting agar bisa mengetahui lokasi yang harus dilindungi dan membatasi pembangunan. “Tanpa pemahaman ini, upaya konservasi akan kurang efektif dan berpotensi sia-sia,” ungkapnya di hadapan tim penguji.
Dari penelitian yang ia lakukan, Haikal menandaskan perlindungan zona imbuhan air tanah sudah menjadi kebutuhan mendesak untuk mencegah krisis air bersih. Dalam pandangannya terkait konservasi air tanah berbasis data ilmiah dan perencanaan tata ruang harus segera diterapkan. Perlindungan zona imbuhan bukan hanya konservasi lingkungan, tetapi juga investasi penting untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat.
Ia berharap hasil penelitian bisa menjadi dasar kebijakan dan perencanaan dalam menjamin ketersediaan air bersih saat ini dan mendatang. Karena itu untuk menjaga dan memanfaatkan air tanah secara berkelanjutan, diperlukan pengelolaan terpadu. “Zona imbuhan harus dilindungi ketat sebagai wilayah lindung yang diatur tata ruangnya agar tidak dialihfungsikan dan tetap mampu menyerap air hujan, dan tata guna lahan harus disesuaikan dengan kondisi hidrologi dan geologi agar keseimbangan pengisian dan pemanfaatan air tanah terjaga”, tandasnya.
Sungguh perjuangan yang luar biasa bagi Haikal. Ia mengalami dahsyatnya tsunami Aceh di usia 5 tahun, dan harus kehilangan kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Tapi, tak pernah surut semangatnya mencari ilmu. Usai lulus SMA, ia mencari beasiswa dan memperoleh beasiswa PMDSU. Lulus program doktor merupakan salah satu mimpinya, dan ia semakin bersyukur pada akhirnya bisa lulus Program Doktor dari Departemen Geologi, Fakultas Teknik UGM. Bahkan disertasinya mampu menghasilkan empat publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi.
Penulis : Agung Nugroho