Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Sindung Tjahyadi, mengungkapkan UGM berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan dan pendampingan bagi mahasiswa difabel sejak masih menjalani proses seleksi untuk masuk ke UGM hingga lulus. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi para mahasiswa untuk menjalani studi di UGM, selain menyediakan sarana dan prasarana kampus yang lebih aksesibel bagi para difabel.
“Sejak mendaftar calon mahasiswa bisa mengisi bantuan khusus apa yang bisa kita siapkan bagi mereka. Jadi, sejak ujian sudah ada bantuan dan pendampingan, dan ketika diterima kita akan berkomunikasi ke fakultas dan prodinya,” terang Sindung dalam acara Pojok Bulaksumur, Rabu (14/12) di halaman Gedung Pusat UGM.
Sindung menyampaikan terdapat sejumlah perbaikan yang masih perlu dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan mahasiswa difabel. Belum semua bangunan di lingkungan UGM memiliki desain yang ramah difabel, terutama bangunan yang telah berdiri cukup lama.
“Untuk bangunan baru memang sudah ada standar untuk memfasilitasi teman-teman yang berkebutuhan khusus, tapi ada beberapa kesulitan karena tidak semua bangunan dibangun akhir-akhir ini, jadi belum memenuhi kriteria itu. Kami sudah pernah mengadakan pendataan keseluruhan gedung, melakukan klasifikasi mana yang sudah punya fasilitas untuk difabel dan mana yang belum, lalu kami koordinasikan dengan Direktorat Aset,” terangnya.
Apresiasi terhadap komitmen UGM yang diwujudkan dalam berbagai peningkatan layanan dan fasilitas pendukung dalam beberapa tahun terakhir disampaikan oleh Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel UGM, Isti’adatul Fitriyah.
“Seiring berjalannya waktu, kita melihat fasilitas di UGM cukup aksesibel, misalnya saja di Gedung Pusat ini sekarang sudah ada fasilitas ramp, selain itu juga bangunan dilengkapi dengan lift,” ungkapnya.
Hal serupa disampaikan oleh Anis Rahmatillah, mahasiswa difabel dari Fakultas Biologi. Menurutnya di UGM sudah disediakan berbagai sarana dan prasarana yang memfasilitasi kebutuhan mahasiswa difabel. Selain itu, ia juga mengapresiasi keberadaan UKM Peduli Difabel.
“Saya sangat berterima kasih, teman-teman banyak membantu dalam perkuliahan. UGM juga sangat memfasilitasi. Harapannya pelayanan terhadap difabel bisa lebih terintegrasi,” ucap Anis.
UKM Peduli Difabel sendiri merupakan organisasi mahasiswa yang bersifat inklusif, aspiratif, dan kontributif bagi kesejahteraan difabel, baik dari segi fisik, psikis, maupun sosial. UKM ini beberapa waktu lalu menyelenggarakan event Harmoni Inklusi 2022 dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, yang diisi dengan berbagai sesi seperti kelas bahasa isyarat dan pameran berbagai lukisan menarik karya Jogja Disability Arts.
Penulis: Gloria