Program pertukaran mahasiswa di kampus menjadi bagian dari ajang bagi mahasiswa untuk bertukar dan berbagi pengalaman serta menambah jejaring sesama mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Seperti halnya dengan kegiatan Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Modul Nusantara yang menjadi bagian dari program nasional Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberi kesempatan bagi mahasiswa ikut merasakan kuliah di perguruan tinggi lain di seluruh Indonesia.
Mahasiswi Program Studi Ilmu Filsafat UGM, Aza Khiatun Nisa, salah satu mahasiswa yang ikut program tersebut. Sejak awal September 2023 lalu mengikuti perkuliahan di Universitas Khairun, Ternate. Selama satu semester ia akan mengikuti perkuliahan untuk 3 program studi yang ia pilih di Fakultas Ilmu Budaya, yakni Antropologi Sosial, Ilmu Sejarah dan Sastra Indonesia.
Selama 4 bulan setelah mengikuti perkuliahan, Aza mengaku menimba pengalaman selama ikut PMM Modul Nusantara. Melalui program ini, ia berkesempatan untuk belajar kebudayaan di wilayah tujuan melalui kurikulum Modul Nusantara. ”Saya sangat bersyukur mengikuti PMM Modul Nusantara, karena bisa belajar langsung kebudayaan Maluku Utara, mengikuti perkuliahan di kampus yang berbeda, memiliki mama dan papa piara, serta memiliki teman dari seluruh Indonesia” ungkapnya, Jumat (12/1).
Selain mengikuti perkuliahan, Aza juga mempelajari empat sub dalam modul nusantara, salah satunya adalah yaitu kebhinekaan, selain inspirasi dan refleksi. Atas arahan Dosen Pendamping, Aza mengikuti kerangka logis modul nusantara yang ditawarkan untuk mengunjungi 4 kesultanan, yaitu Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan. ”Saya mengunjungi kesultanan tersebut dan mengeksplorasi wisata di sekitarnya. Ini sangat bermakna bagi saya dalam memahami kontribusi kesultanan di masa kolonial dan mengetahui berbagai potensi yang dimiliki Maluku Utara dari dulu hingga hari ini”, terang Aza.
Melengkapi sub modul nusantara lainnya, yaitu inspirasi, Aza belajar tentang pariwisata berbasis masyarakat dengan belajar bersama penggagas Cengkeh Afo, sebagai kekayaan kuliner tradisional di Ternate. Sedangkan untuk sub modul nusantara yang terakhir, yaitu refleksi, metode belajar yang dilakukan dengan cara menghadiri undangan pernikahan adat masyarakat Ternate. ”Setelahnya, para peserta diajak berkumpul dan berdiskusi, menceritakan pengetahuan baru tentang adat pernikahan di Ternate. Tidak hanya sebatas itu, peserta PMM lainnya juga diajak menceritakan tradisi pernikahan di daerah masing-masing,” kenangnya.
Di luar aktivitas PPM Modul Nusantara, Aza juga aktif menulis kuratorial pameran yang didanai oleh Balai Pelestari Kebudayaan XXI di Ternate. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan berpetualang, Aza juga didaulat mewakili mahasiswa PMM inbound Universitas Khairun untuk menjadi narasumber talkshow di RRI Pro 2 Ternate. Selain itu, Ia juga didapuk mengisi workshop penulisan ilmiah bagi mahasiswa Universitas Khairun yang memperoleh beasiswa Bank Indonesia.
Meskipun menantang, bagi Aza, pembelajaran PMM Modul Nusantara di Ternate memunculkan refleksi adanya isu ketimpangan pendidikan Indonesia area barat dan timur, baik dari sisi tenaga pengajar, mahasiswa, fasilitas perkuliahan maupun prosedur layanan akademik yang menurutnya memerlukan pembenahan dan perbaikan. ”Setelah menjalani program ini, saya menyadari betul bahwa ketidaksetaraan pendidikan terkait akses dan motivasi itu benar adanya, timpang. Kondisi ini menjadi poin penting bagi pemerintah. Barangkali program pertukaran bisa menjadi salah satu cara mahasiswa untuk belajar dan mengamati ketimpangan ini, kemudian diperbaiki,” tegasnya.
Penulis : B. Diah Listianingsih
Editor : Gusti
Foto : Aza Khiatun Nisa