Tim Dosen Fakultas Keodkteran Hewan (FKH) UGM melakukan kegiatan program pemberdayaan anak berkebutuhan khusus dengan pengembangan peternakan terintegrasi sebagai Media Terapi Sosial dan Perilaku serta pengembangan kewirausahaan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di pesantren Ainul Yaqin di Dusun Karangtengah, Sumber Wungu, Tepus, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketua Pelaksana program desa binaan FKH UGM Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, MP., menyatakan kegiatan pengabdian ini telah dilaksanakan sejak 2020 lalu saat itu pihaknya mengajak pesantren dan warga sekitar mengembangkan budidaya peternakan kambing dan memanfaatkan potensi pertanian sebagai sumber pakan. “Yang dulunya hanya 5 ekor sekarang jumlahnya sudah 50 ekor,” kata Pudji saat mendampingi sosialisasi pengembangan kurikulum pendidikan anak berkebutuhan khusus dan budidaya ayam petelur , Minggu (28/7). Dalam Sosialisasi ini didampingi Guru Besar FKH UGM Prof. Dr. drh. Sarmin, MP dan Ketua departemen Fisiologi FKH UGM: Dr. drh. Claude Mona Airin,MP., Guru Besar UNY bidang pendidikan kewirausahaan anak berkebutuhan khusus, Prof Dr Ibnu Syamsi, MPd., dan Manager Ayam Layer dari Perusahaan Janu Putra Sejahtera Drh. Rully Sulistyawan.
Pengembangan peternakan kambing ini selain untuk menambah sumber pemasukan bagi pesantren namun juga menjadi media terapi bagi santri pesantren yang didominasi para anak berkebutuhan khusus. “Konsep Integrated Farming yang kita kembangkan bisa menjadi media Terapi Sosial dan Perilaku Serta Entrepreneurship bagi santri,” ujarnya.
Dikatakan Pudji, para anak berkebutuhan khusus selama ini sangat senang untuk diajak memelihara dan melihat anakan kambing yang nampak lucu lucu sehingga menjadi media terapi untuk mengontrol perilaku mereka.
Namun yang tidak kalah penting menurutnya, pihaknya juga ingin menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan pengelola pesantren, para anak berkebutuhan khusus hingga warga sekitar. “Kita juga menginginkan lokasi pesantren ini menjadi pusat percontohan bagi usaha peternakan kambing dan ayam petelur,” paparnya.
Selain budidaya ternak kambing, pihaknya juga mendampingi usaha budidaya ayam petelur yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi santri juga membantu upaya pencegahan stunting untuk warga masyarakat yang tinggal di sekitar pesantren.“Dalam waktu dekat kita akan bantu mesin tetas untuk memajukan usaha peternakan di sini. Selain kita melatih cara beternak ayam petelur yang baik. Sedangkan ternak kambing, kita menyediakan sertifikat sehat untuk kambing yang mau dijual,” katanya.
Direktur Pondok Pesantren Ainul Yaqin, Muhidin Isma Almatin, mengatakan pengembangan griya peternakan di pesantrennya diinisiasi oleh para dosen FKH UGM dan pengembangan kurikulum pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
Ia menyebutkan, pihaknya berencana pada tahun 2026 untuk memelihara 1.000 ekor kambing. Meski saat ini baru ada sekitar 50 kambing. “KIta akan griya peternakan kambing. Suatu saat bisa menjadi pasar hewan. Problemnya disini masalah pakan dan kesiapan kandang, sehingga nantinya ada kerja sama dengan masyarakat.” katanya.
Selain kambing, pihaknya juga membuka usaha budidaya ayam petelur dimana hasil telur dijual dan pemenuhan kebutuhan makan siswa pesantren. Ada sekitar 188 ekor ayam petelur yang setiap harinya menghasilkan 6-7 kg telur. “Yang beli masyarakat sekitar selisih per karpet 2000 rupiah dengan harga pasar. sehari 6-7 kg telur.
Kepala Dukuh Karang Tengah sumberwungu, Riswanto, menyambut baik adanya pelatihan bagi warga untuk beternak ayam petelur. Sebab selama ini warganya lebih banyak beternak ayam kampung. “Selama ini lebih banyak ayam kampung yang dilepas liarkan, tapi pas musim kemarau banyak yang mati. Saya kira bagus beternak ayam petelur untuk di samping rumah atau di ladang warga yang masih luas. Jika nanti sudah 1-2 orang sudah melakukan atau melihat model peternakan dengan praktek di pesantren ini,” paparnya.
Penulis : Gusti Grehenson