Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau AI menghadirkan dinamika yang kompleks. AI sebagai inovasi dapat memberikan manfaat, tetapi berpotensi memunculkan dampak negatif lainnya. Pasalnya beberapa lapangan pekerjaan yang mulai tergantikan oleh mesin dan robot. Akibatnya muncul kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dan keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja
Berdasarkan hasil riset tim Microeconomics Dashboard (Micdash), Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada menjelaskan penggunaan AI semakin lama semakin meningkat. Dengan teknologi ini diperkirakan akan memberi dampak signifikan terhadap lapangan pekerjaan. Bahkan dengan teknologi ini semakin mempermudah pencarian informasi dan pengelolaan sumber daya manusia yaitu meningkatnya produktivitas untuk memantau pergerakan pekerja.
Qisha Quarina, S.E., M.Sc., Ph.D selaku koordinator bidang kajian Micdash, menyebutkan sebanyak 77 persen orang masih khawatir bahwa teknologi AI dapat berpotensi menghilangkan pekerjaan dan menggantikan tugas-tugas manusia. Padahal AI, sesungguhnya dapat mengoptimalkan pekerjaan dan melengkapi kekurangan sumber daya manusia.“Kondisi ni tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap proses kerja yang mulai digantikan oleh mesin dan robot,”, terangnya di FEB Jum’at (6/12) saat merilis riset kajian terbaru dengan mengangkat tema Labor and Technology Economics: Apakah Artificial Intelligence akan Sepenuhnya Mensubstitusi Manusia?.
Meskipun begitu, imbuhnya, teknologi AI sebenarnya kurang mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk hal-hal yang sifatnya tidak dapat diprediksi, terutama di luar bidang pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, ia berpendapat sektor pendidikan dan perusahaan sebaiknya memberikan fasilitas kebutuhan upgrading skills maupun reskilling yang dibutuhkan para pekerja agar dapat bersaing di masa depan dan memastikan pekerja tetap relevan di pasar kerja yang semakin berbasis digital.
Peneliti Micdash lainnya, Raniah Salsabila, S.E. menyebutkan penerapan AI di pasar tenaga kerja tidak bisa dihindari karena inovasi ini pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Sebagai contoh, ChatGPT yang digunakan untuk mendukung penelitian, penyuntingan naskah, dan membantu dalam pembangkit ide yang lebih efisien. “Hal ini tentunya menunjukkan AI tidak saja menggantikan manusia, melainkan menggantikan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pekerja untuk membuat pekerjaan lebih efisien,” jelas Raniah.
Ia menambahkan pemanfaatan AI dapat dimaksimalkan agar pekerja memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut. Di masa depan keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada keterampilan yang berkaitan dengan teknologi, namun juga mencakup kecerdasan manusia, seperti analytical thinking and innovation, complex problem-solving, critical thinking and analysis, creativity, originality and initiative, serta reasoning, problem-solving and ideation. “Keterampilan-keterampilan ini menjadi semakin penting. Kendati mampu menjalankan tugas-tugas tertentu, tetapi AI tidak dapat menggantikan kualitas-kualitas yang terkait dengan kecerdasan manusia,”pungkasnya.
Reportase : Shofi Hawa Anjani&Kurnia Ekaptiningrum/Humas FEB
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Freepik.com