Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta melaporkan sebanyak 157 anak usia SD terpapar gondongan atau parotitis. Jumlah ini dinilai meningkat dari rentang Agustus hingga September 2024. Hal itu. Seperti diketahui, Gondongan adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar ludah, letaknya ada di bawah daun telinga. Walaupun mayoritas kasus dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi gondongan dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal.
Dokter Spesialis Anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Dr. dr. Rr. Ratni Indrawanti, Sp.A, Subsp. IPT, menuturkan infeksi ini disebabkan oleh virus bernama paramyxovirus. Penderita akan merasakan gejala 16–18 hari lamanya. Pada 2–3 hari pertama, gejala yang mungkin timbul adalah demam, pusing, badan tidak nyaman, terkadang disertai batuk atau muntah. Gejala selanjutnya adalah pembesaran pada kelenjar ludah yang terasa sakit. “Pembesaran ini berlangsung 5–7 hari dan bisa terjadi di dua sisi leher. Setelahnya gondongan akan mengecil dengan sendirinya,” kata Ratni dalam podcast bulanan Tropmed Talk yang diselenggarakan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, Senin (21/10).
Walaupun mayoritas kasus dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi gondongan dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal “Jika menjalar sampai otak, bisa menyebabkan radang otak,” ungkap dr. Ratni.
Gejala yang muncul antara lain demam, kejang, dan penurunan kesadaran. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah pneumonia dan pankreatitis atau peradangan pada pankreas. Penularan pada usia remaja atau dewasa dapat menyebabkan orchitis atau peradangan testis pada laki-laki dan ovaritis atau peradangan ovarium pada wanita. “Ibu hamil juga turut terancam komplikasi berat hingga berakibat pada keguguran, terutama jika terjangkit saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu,” katanya.
Penularan gondongan ini tergolong mudah. Sebagian besar melalui droplet atau cipratan liur yang keluar saat bersin, berteriak, atau batuk. Virus dalam droplet dapat tetap hidup selama beberapa jam sehingga memungkinkan terjadinya penularan tidak langsung. Penularan ini terjadi jika seseorang menyentuh droplet yang ada di permukaan benda, lalu menyentuh hidung atau mulut. Oleh sebab itu, dr. Ratni menyarankan untuk mengisolasi penderita selama lima hari terhitung sejak mulai demam.
Usaha preventif dapat dilakukan untuk mencegah penularan ini. Pertama, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu untuk ditegakkan agar virus segera mati dan tidak menyebar. Kedua, dapat pula dilakukan pemberian vaksin MMR, “Ini adalah vaksin kombinasi, bisa untuk mencegah tiga penyakit, jika pernah terjangkit gondongan dengan dibuktikan oleh tes antibodi, maka vaksinasi MMR boleh tidak diberikan,” katanya.
Penulis : Bolivia
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik