Sekolah Wartawan kembali hadir di UGM. Kegiatan yang dilaksanakan di ruang Fortakgama Humas UGM, Kamis (27/6) mengangkat topik hangat Aku Sengsara karena Judi: Penjelasan Psikologis tentang Perilaku Gambler.
Topik diangkat karena judi online tengah menjadi perhatian banyak pihak saat ini. Munculnya banyak kasus terungkap hingga adanya peristiwa nyawa menghilang menjadikan Judi online menarik untuk dikupas.
Menghadirkan pembicara Dr. Bagus Riyono, M.A., Dosen Psikologi UGM berbagai situasi seputar judi online dibahas secara detail. Menurutnya fenomena merebaknya judi online harus diurai agar masyarakat terutama yang menengah ke bawah tak terjebak hingga membuat mereka mengalami kerugian dalam banyak hal.
Menurut Bagus Riyono fenomena judi di masyarakat bukan masalah baru karena sudah ada sejak lama ada. Hanya judi dan cara bermainnya mengalami perubahan hingga merasuk ke dunia digital.
Disebutnya judi sebagai permainan mengasyikkan dan membuat ketagihan banyak orang. Mereka yang melakukan berharap-harap cemas dan terkadang mengalami kecanduan.
“Dari Skinners Theory of Reinforcement, dikatakan ada penguat untuk melakukan yakni berupa insentif yang menimbulkan ekspektasi. Proses memanipulasi ekspektasi ini yang dimanfaatkan para bandar pada penjudi,” ungkapnya pada wartawan.
Orang bermain judi, kata Bagus, dipastikan memiliki ambisi untuk menang. Ambisi ini yang kemudian, menurutnya dimanipulasi oleh bandar judi dan yang sering terjadi harapan yang besar berbanding terbalik dengan kenyataan.
“Karakteristik judi mengasyikkan. Muncul harapan, ekspektasi sampai lupa yang kita pertaruhkan uang dari mana. Orang kalau deg-degan ada hormon dopamin yang membuat asyik. Kalau orang mudah dapat modal berjudi, kalahpun merasa asyik. Banyak yang berharap besar, ekspektasi besar, tapi tak terwujud. Akhirnya memunculkan kasus sampai bunuh diri yang terjadi beberapa waktu belakangan,” terangnya.
Bagus berpandangan ada teori Gambler Fallacy, yang membuat perhitungan tidak valid atau tak sesuai kenyataan. Hal tersebut justru diyakini oleh para gambler dan membuat mereka terus ketagihan bermain.
“Bagaimana akhirnya yang miskin, ingin berjudi untuk menang. Ada penelitian probabilitas judi, 1 banding 2 juta. Ini kan sangat sulit, ya kalau bandar tidak curang. Ini yang membuat penjudi terjebak, sekali lagi sampai berakhir buruk sampai bunuh diri,” ucapnya.
Bagus berpendapat penjudi harus mendapat perhatian dan pertolongan dari berbagai pihak. Bukan berupa bantuan sosial, namun menurut dia adalah perhatian dan pengalihan pada ketergantungan.
Pemerintah menurut Bagus perlu juga memberikan kemudahan layanan psikologis pada korban judi online, terutama masyarakat rentan. Dua karakter masyarakat rentan menurut Bagus yakni yang tidak pintar dan butuh uang.
“Puskesmas juga perlu upgrading skill untuk mengatasi orang yang kecanduan judi. Ketika Psikolog sudah siap bisa dibuka layanan itu. Di sisi lain pemerintah bisa masuk untuk mengalihkan perhatian warga miskin yang terjebak. Diberikan modal bukan bantuan sosial tapi dengan bimbingan yang terarah dari pemerintah,” pungkasnya.
Penulis: Agung Nugroho