Raut bahagia terpancar dari wajah Prof. Dr. Suyanta (64) usai dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Kimia Anorganik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada, Selasa (6/8), di ruang Balai Senat UGM. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur karena akhirnya mampu menyandang puncak gelar akademik tertinggi sebagai Guru Besar.
Suyanta dalam pidato pengukuhannya bercerita, ia berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di Bayat Klaten. Sejak kecil duduk di bangku Sekolah Dasar, sudah terbiasa mencari rumput dan menggembalakan sapi untuk membantu pekerjaan orang tuanya di ladang. Bahkan Ketika duduk di bangku SMP, ia pernah menjadi pedagang asongan. Terbiasa baginya membawa 1 termos es lilin untuk diperjual-belikan sambil berjalan-jalan dari dusun ke dusun.
“Pada waktu itu, jika terjual habis saya mendapat penghasilan 50 rupiah, dan sebagai anak seorang petani, saya bersama teman-teman SD pernah mengolah lahan kosong yang terhampar di tepi Sungai Dengkeng yang kami tanami dengan Palawija,” kenangnya.
Pada awal kuliah di FMIPA UGM tahun 1980, setiap Senin pagi ia berangkat naik sepeda onthel dari Bayat Klaten ke kampus UGM. Bersepeda dengan jarak sejauh kurang lebih 40 km memakan waktu 3 jam, dan jika hari sabtu tiba ia pun pulang ke Bayat Klaten sejauh 40 km naik sepeda onthel juga. “Itulah sebagian kenangan dan latar belakang saya, dan sungguh tidak terbayang jika di hari ini saya bisa mengucap sebagai Guru Besar di UGM”, ungkapnya berkaca-kaca.
Menyampaikan pidato Guru Besar yang berjudul Silika Mesopori MCM-41: Perkembangan Riset dan Aplikasinya, Suyanta berpendapat Aplikasi MCM-41, Suyanta mengatakan Silika Mesopori MCM-41 berpotensi untuk riset dan pengembangan di masa depan. Salah satu dari sekian banyak potensi pengembangan riset dan aplikasi MCM-41 di masa depan adalah terkait dengan penanganan masalah CO2.
Menurutnya efek gas rumah kaca yang sangat berpengaruh pada pemanasan global. Sistem penangkapan CO2 yang paling banyak digunakan dalam skala besar pada cerobong-cerobong pembuangan gas industri sekarang ini adalah adsorpsi selektif menggunakan amina cair, seperti monoetanolamin atau dietanolamin. Sistem penangkapan CO2 yang menggunakan adsorben padat sedang banyak dikaji.
Dibagian lain pidatonya, iapun mengungkap jika Silika Mesopori sangat menjanjikan untuk dapat diaplikasikan sebagai teknik pengobatan berbasis pada drugs delivery system. Luas permukaan pori-pori yang besar memungkinkan partikel-partikel tersebut diisi dengan obat atau sitotoksin. “Beberapa jenis sel kanker akan menyerap lebih banyak partikel daripada sel-sel sehat, sehingga para peneliti berharap bahwa MCM-41 suatu hari nanti akan digunakan untuk mengobati jenis-jenis kanker tertentu”, paparnya.
Di akhir pidatonya, Suyanta mengucapkan terima kasih ke banyak guru, sahabat dan koleganya yang telah mendukungnya bisa meraih gelar Guru Besar. Suatu pencapaian yang tidak terbayangkan olehnya dari keluarga petani kecil. “Saya ingin mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kudus dan Maha Agung, yang telah membimbing dan memudahkan jalan hidup saya”, ucapnya di akhir pidato pengukuhannya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie