Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memiliki dua biodiversity hotspot penting, yakni Sundaland dan Wallace. Namun, di balik kekayaan biodiversitas tersebut, Indonesia juga menghadapi tantangan besar berupa tingkat kepunahan yang tinggi dan kerusakan ekosistem yang masif.
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada berkomitmen untuk terus mempelajari, mengembangkan, dan memanfaatkan biodiversitas Indonesia secara bijaksana, sembari memastikan pelestarian keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang. Dalam rangka memperkuat kapasitas riset dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, Fakultas Biologi UGM juga meresmikan layanan Integrated Genomics Factory (IGF). Soft launching layanan ini dilakukan oleh Rektor UGM, Ketua Senat, Dekan Fakultas Biologi, dan Pembina Yayasan Satria Budi Dharma Setia, di Rapat Rapat Terbuka Senat Fakultas Biologi UGM, dalam rangka Dies ke-69, Kamis (19/9), di Fakultas Biologi UGM.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., menyampaikan layanan IGF diharapkan dapat mempercepat riset-riset genomik yang mendukung studi biodiversitas dan memperkuat Indeks Biodiversitas Indonesia, konsep biodiversity credit, dan pengembangan profesi biokurator. “Saya mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya atas rintisan yang dilakukan untuk penguatan Indeks Biodiversitas Indonesia, biodiversity credit, dan juga mulai dirintisnya profesi biokurator. Ini merupakan langkah strategis yang memanfaatkan kolaborasi, baik nasional maupun internasional,” ungkap Prof. Ova.
Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, Ph.D., dalam laporannya untuk tahun ajaran 2023/2024, menyampaikan bahwa Fakultas Biologi UGM akan memulai program inovatif baru di semester gasal 2024/2025. Program Studi Profesi Kurator Keanekaragaman Hayati (PKKH) resmi dibuka sebagai program pertama di Indonesia, bahkan di Asia, yang berfokus pada pengelolaan dan pelestarian biodiversitas.
Dikatakan Budi, program studi Profesi Kurator Keanekaragaman Hayati ini merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia. Program ini inovatif dan diharapkan mampu melahirkan tenaga ahli kurator yang kompeten dalam bidang keanekaragaman hayati. Pembukaan prodi ini merupakan hasil kerja sama dengan berbagai institusi terkemuka, termasuk Natural History Museum London, California Academy of Sciences, Museum and Art Gallery of the Northern Territory, Hortus Botanicus Universitas Leiden, dan King Saud Museum. Menurut Budi, adanya kolaborasi internasional ini diharapkan Fakultas Biologi UGM semakin memperkuat perannya sebagai salah satu pusat riset biodiversitas terdepan di Indonesia dan di tingkat internasional.
Sekedar informasi, pada perayaan puncak Dies Fakultas Biologi ini juga dilaksanakan penandatangan Nota Kesepahaman antara Fakultas Biologi UGM dan Universitas Leiden mencakup pengembangan program double degree antara kedua universitas, membuka peluang bagi mahasiswa Fakultas Biologi UGM untuk mendapatkan gelar ganda dari kedua institusi. Dalam kesempatan itu, Dekan Graduate School of Science Universitas Leiden, Prof. dr. Erik H.J. Danen, menyampaikan pidato ilmiah dengan judul “Advanced 3D Co-Culture Models for Mechanistic Studies”. Ia memaparkan soal teknologi model ko-kultur 3D yang canggih untuk studi mekanisme dalam bidang biologi sel.
Penulis : Rahma Khairunnisa
Editor : Gusti Grehenson