
Arus mudik pada tahun ini diprediksi akan dimulai pada 19 Maret 2025. Hal tersebut juga dipengaruhi adanya kebijakan mengenai Work From Anywhere untuk para ASN dan juga libur sekolah yang dimulai lebih awal. Menurut survei dari kementerian perhubungan, pergerakan masyarakat selama libur lebaran diprediksi akan mencapai 148,48 juta jiwa atau setara dengan 52 persen jumlah penduduk Indonesia. Dengan jumlah pergerakan yang besar, terjadi kemungkinan berbagai persoalan tidak hanya kemacetan tetapi juga kecelakaan.
Sekretaris Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, Dr. Ir. Dewanti, M.S., mengungkapkan bahwa peran pemerintah sangatlah penting dalam menanggulangi permasalahan kecelakaan ini tidak semakin besar. Apabila dilihat dari sisi kecelakaan terdapat tigal hal yang harus disiapkan yaitu pada saat sebelum kejadian atau upaya preventif menghindari kecelakaan, pada saat kejadian, dan mitigasi setelah terjadi kecelakaan.
Sebelum perjalanan tentu saja pemerintah harus menyiapkan sarana dan prasarananya. Mulai dari menyiapkan jalan hingga transportasi yang akan digunakan. “Pemerintah sudah seharusnya memeriksa kondisi jalannya, perkerasan jalan, kemudian juga rambu atau pun mungkin marka jalan”, katanya, Selasa (18/3).
Selain itu prasarana lain yang perlu ditinjau seperti jembatan dan kelayakan serta kelengkapan surat dari transportasi. Ia menambahkan sarana juga penting untuk diperhatikan seperti pembuatan peraturan atau mungkin himbauan kepada perusahaan yang memberikan layanan untuk angkutan agar armada yang digunakan dalam kondisi yang baik. Tidak kalah penting juga mengenai himbauan atau sosialisasi kepada masyarakat terkait pengaturan lalu lintas dan juga titik-titik rest area di jalan tol.
Dalam menanggulangi permasalahan kecelakaan pemerintah juga perlu mempersiapkan mengenai sistem yang akan digunakan apabila terjadi kecelakaan mulai dari proses identifikasi, evakuasi korban, pengaturan lalu lintas, dan juga komunikasi yang diperlukan oleh pengguna jalan apabila terjadi kecelakaan. Meksi saat ini pemerintah tengah mengupayakan mengadakan program seperti mudik bersama guna mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan yang mana hal itu mampu meminimalisir kecelakaan. Hal tersebut juga harus diinformasikan dengan baik kepada masyarakat. Perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak. “Jadi, ini tidak hanya teman-teman di kepolisian tetapi juga teman-teman di perhubungan, ini juga perlu dilibatkan kalau nanti terjadi kecelakaan,” ungkapnya.
Dewanti menambahkan bahwa penanganan setelah terjadi kecelakaan juga perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini tidak jauh dari proses evakuasi dari korban kecelakaan untuk dapat segera dibawa ke pusat layanan kesehatan secepat mungkin. “Jadi peran ambulans ini jadi sangat penting”, tegasnya.
Kemudian hal lain yang tak kalah penting adalah mempersiapkan jalur khusus untuk ambulans atau pun skema pembukaan jalan sehingga korban dapat dibawa ke layanan fasilitas kesehatan. “Jadi, nanti peran rumah sakit ini jadi penting, bagaimana menyiapkan rumah sakit di sepanjang jalur mudi ini perlu diinformasikan sehingga mempermudah proses evakuasi”, pungkasnya.
Disamping kecelakaan lalu lintas, kemacetan juga merupakan permasalahan yang muncul setiap tahun. Rekayasa lalu lintas juga sering dilakukan pemerintah guna mengatasi permasalahan kemacetan pada musim mudik. Pengaturan lalu lintas yang digunakan seperti One Way dan Contraflow di jalan tol yang mana sering terjadi kemacetan yang panjang. Dalam hal ini Dewanti menjelaskan bahwa penerapan rekayasa lalu lintas seperti One Way perlu ditinjau ulang. Hal tersebut karena jalan tol satu arah ini menyebabkan pergerakan dari arah yang berlawanan tidak dapat dilayani oleh tol sehingga mereka berpindah ke jalan non-tol. Perpindahan tersebut menyebabkan pertambahan volume lalu lintas di jalan non-tol sehingga sangat rentan dengan terjadinya kemacetan.
Selain itu, pemberlakuan contraflow juga perlu ditinjau ulang. Contraflow biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu sehingga sering membuat orang tidak sadar tentang perubahan jalur dan seringkali menimbulkan kecelakaan. Kemudian dengan adanya contraflow ini juga seringkali menimbulkan persoalan ketika kendaraan akan berhenti atau menepi untuk istirahat. Dewanti menyarankan untuk pemberlakuan contraflow sebaiknya jangan dalam ruas jalan yang panjang. “Jadi sekali lagi kalau saya mengatakan pemberlakuan one way dan contraflow ini ya kalau dibilang efektif secara sistem jaringan jalan mungkin jadi kurang efektif ya. Tetapi kalau hanya melihat untuk kepentingan jalan tol ya masih bisa dikatakan bisa memberikan manfaat atau perbaikan pada saat puncak tertentu”, terangnya.
Tips Aman Berkendara
Dalam menyambut musim mudik lebaran tahun ini banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pemudik. Bagi pemudik yang berencana membawa kendaraan pribadi perlu dipastikan kondisi kendaraan dalam kondisi sehat dan lengkap. Disisi lain kondisi badan dari pemudik terutama pengemudi sangat penting untuk dalam kondisi fit. Selain itu yang tidak kalah penting untuk saat ini penting untuk mencermati perkiraan cuaca. “Nah, ini sangat berbahaya ya, tidak hanya bagi kendaraan ketika berjalan di saat hujan, tetapi juga kemungkinan kalau melewati jalur-jalur yang rawan longsor atau banjir,” terangnya.
Dewanti juga menyarankan bagi calon pemudik yang berencana untuk menggunakan transportasi umum pilihlah layanan angkutan publik yang memiliki track record yang baik. Kemudian penting juga untuk memperhatikan kuota angkutan karena dapat berbahaya apabila overload atau overcapacity. Ia menambahkan bahwa pemudik juga dapat memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia untuk konsultasi saat dalam perjalanan. Pemudik juga dihimbau untuk lebih mindful dalam membawa barang bawaan saat mudik menggunakan angkutan umum agar perjalanan lebih nyaman.
Penulis. : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : RRI