
Pembajakan film bukan hal baru di Indonesia. Akan tetapi, kejahatan yang banyak merugikan industri perfilman itu terus saja terjadi dan masih sulit diberantas. Di era digital ini, pembajakan film kian marak, tidak hanya fisik para pembajak menggunakan teknologi digital dalam meyebarluaskan bajakannya melalui situs-situs daring maupun luring. Menanggapi permasalahan tersebut, Central For Digital Society (CFDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM mengakan diskusi rutin Digitalk dengan tema Perang Melawan Pembajakan di Era Digital pada Rabu (26/7) di Convention Hall Perpustakaan Mandiri, Fisipol UGM.
Hadir sebagai pembicara kunci Digitalk kali ini yakni Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) 56, Marcella Zalianthy., S.Sos., M.H.. Marcella yang juga menjabat sebagai Ketua Program Kerja (Pokja) Bidang Edukasi Publik dalam Satuan Tugas Anti-Pembajakan milik Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bercerita banyak hal terkait pembajakan karya khususnya film. Marcella menjelaskan bahwa praktik pembajakan semakin dahsyat, bukan hanya fisik tetapi juga digital.
“Sampai saat ini pembajakan film belum mampu ditangani dengan optimal bahkan dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih,” jelas Marcella.
Upaya penumpasan pembajakan dengan upaya pelaporan kepada pihak terkait yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) masih belum mampu memberantas pembajakan digital. Marcella menjelaskan, bahwa saat ditutup para pembajak akan membuka situs-situs baru lainnya. “Bekraf kemudian membentuk satuan tugas pengamanan pengaduan pembajakan untuk mengatasi masalah tersebut,” ujar Marcella.
Marcella menyampaikan beberapa saran yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi pembajakan. Pertama, bekerja sama dengan kepolisian untuk mengoptimalkan fungsi masing-masing, dalam kaitannya menumpas para pembajak. Cara lain mengatasi pembajakan yakni terus-menerus mengedukasi masyarakat terutama sejak dini. Selanjutnya, Marcella menerangkan soal pelaporan, delik biasa yang dirasa cocok digunakan. “Saya berharap teman-teman di kampus turut menjadi agen untuk meningkatkan apresiasi karya anak bangsa,” tutup Marcella. (Humas UGM/Catur)