
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada terus berkomitmen untuk menghadirkan sistem pendidikan yang berkualitas dan inklusif guna mencetak tenaga profesional di bidang kedokteran gigi. Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Program Studi Profesi Dokter Gigi berhasil meraih akreditasi Unggul dan mendapat akreditasi Internasional ASIIN dengan standar EQAR (The European Quality Assurance Register for Higher Education).
Dekan FKG UGM Prof. drg. Suryono, SH., MM., Ph.D., menegaskan pihaknya terus berinovasi dalam menciptakan kurikulum yang tidak hanya relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga inklusif bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang sosial dan budaya. “Melalui serangkaian Workshop Reformasi Kurikulum, FKG UGM merancang sistem pembelajaran yang lebih adaptif, fleksibel, dan selaras dengan kebutuhan masa depan,” kata Dekan Suryono dalam Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-77 di Auditorium Gd Margono Soeradji Fakultas Kedokteran Gigi, Rabu (5/3).
Suryono menyebutkan sebanyak 22 Pembaruan kurikulum telah dilaksanakan oleh Program Studi S1 Kedokteran Gigi, Profesi Dokter Gigi, Program Studi Spesialis Periodonsia, Ilmu Kedokteran Gigi Anak, dan Bedah Mulut Maksilofasial melalui pendekatan Outcome-Based Education (OBE). Melalui langkah ini, FKG UGM menegaskan komitmennya untuk membentuk generasi dokter gigi yang profesional, kompeten, dan siap berkontribusi di masyarakat, terlepas dari latar belakang mereka. Pembaruan kurikulum ini bukan sekadar perubahan akademik, tetapi juga sebuah langkah nyata dalam mendukung akses pendidikan yang lebih merata dan berkelanjutan.
Untuk mendukung kualitas pendidikan agar mampu mencetak lulusan dokter gigi yang kompeten, FKG UGM menjalin kerja sama dengan 143 mitra terdiri 30 kerja sama dengan mitra luar negeri dan 113 kerja sama dengan mitra di dalam negeri.
Di bidang riset, FKG terus berusaha meningkatkan dan mendorong dosen di lingkungan Fakultas untuk mengembangkan penelitiannya sesuai bidang keilmuan. Sepanjang tahun 2024 lalu, terdapat 39 Hibah Penelitian FKG UGM dan 11 penelitian yang mendapatkan pendanaan Hibah dari Kemendikti Saintek. “Hingga saat ini FKG UGM telah menghasilkan 15 produk yang berkolaborasi dengan industri Lokal dan Nasional,” kata Dekan. Beberapa produk tersebut diantaranya Dental Silkbon, Propasdent, Pasta Pemutih Gigi, dan Gama Dentical XR.
Sementara capaian publikasi internasional, FKG UGM menghasilkan 82 publikasi. Sedangkan dari capaian Kekayaan Intelektual, sebanyak 64 judul yang terdiri dari paten, hak cipta, desain industri, dan merk.
drg. Andriani Sp.Ort, FICD selaku Anggota Konsil Kedokteran Gigi dalam pidato orasi di Dies Natalis FKG UGM kali ini menyampaikan soal kemanfaatan penggunaan teknologi digital dalam pelayanan kedokteran gigi. Ia menyampaikan data nasional bahwa tenaga medis dan tenaga kesehatan di Fasyankes 1 masih belum terpenuhi sesuai standar. Namun di tengah kurangnya jumlah dokter gigi di Indonesia, dokter gigi yang telah berpraktik juga dihadapkan dengan perkembangan teknologi digital dalam pelayanan Digital Dentistry, salah satu teknologi digital dalam perawatan gigi yang dapat digunakan untuk membantu proses diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan prosedur gigi. “Digital Dentistry bertujuan untuk meningkatkan akurasi, efisiensi, dan kenyamanan dalam perawatan gigi,” paparnya.
Manfaat dari Digital Dentistry sendiri, yaitu pertama adanya akurasi yang lebih tinggi teknologi digital meningkatkan ketepatan diagnosis dan hasil prosedur. Kedua, adanya efisiensi waktu dengan beberapa prosedur, seperti pembuatan mahkota, bisa diselesaikan dalam satu kunjungan. Ketiga, adanya kenyamanan pasien mengurangi rasa tidak nyaman selama prosedur. “Peningkatan edukasi pasien tampilan visual dapat meningkatkan pemahaman pasien dan pilihan perawatan,” ujarnya.
Seiring dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan robotik, menurut Andriani akan semakin memperkaya kemampuan digital dentistry. Adanya peningkatan aksesibilitas teledentistry dan alat yang lebih terjangkau akan mempermudah akses perawatan gigi di berbagai daerah. Sedangkan untuk tantangannya, adanya biaya investasi awal alat dan perangkat digital mungkin memerlukan investasi awal yang cukup besar, pelatihan dan keterampilan dokter gigi dan staf klinik perlu dilatih untuk mengoperasikan teknologi baru ini dengan efisien.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie