
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., menilai para pelaku korupsi itu pada umumnya mereka yang berlebihan dan punya kemampuan melebihi dari orang lain pada umumnya. Namun keutamaan, kelebihan dan kesempatan serta kewenangan yang diberikan tersebut sering disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. “Pikirannya jalan, namun hatinya tidak hidup,” kata Haedar sebagai pembicara dalam peringatan Nuzulul Qur’an 1446 Hijriah di Balairung UGM, Senin (17/3).
Menurut Haedar, saat manusia diberi potensi luar biasa, ada dua kecenderungan yang dimilikinya, pertama kemampuan untuk membangun perdamaian lalu menjadi khalifah dan kedua, punya potensi untuk merusak. Untuk menghindari kecenderungan untuk merusak ini, manusia diminta untuk merujuk pada kitab suci untuk merenungi makna dari tujuan hidup. Sebab, kata Haedar, apapun yang kita raih, maka pada akhirnya akan menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. “Alquran menjadi sumber arah dan tujuan hidup. Dalam filosofi Jawa, disebut Sangkan paraning dumadi dari mana asal muasal dan tujuannya hendak ke mana. Untuk apa kita hidup?dalam Islam, tujuan hidup manusia adalah meraih ridho dan karunia dari Allah SWT,” ungkapnya.
Ia berpesan agar umat muslim lebih sering dan gemar membaca Alquran sekaligus mengetahui arti dan maknanya. Menurutnya, membaca Alquran justru akan menenangkan hati. Bahkan saat gundah sekalipun. “Dengan sering membaca alquran, mampu ‘menghidupkan’ hati, saat resah sekalipun, saat baca al quran ada getaran yang kita rasakan,” ujarnya.
Dalam tausiyahnya, Prof. Haedar Nashir menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam segala aspek, baik di level mikro maupun di level makro. Di level mikro, Haedar mengajak para hadirin untuk mengintegrasikan ajaran Al Qur’an dalam rutinitas sehari-hari, mulai saat bangun tidur hingga ketika para sivitas berinteraksi dengan sesama. Sementara di level makro, ia mengingatkan pentingnya menjadikan Al Qur’an sebagai kitab peradaban atau kitab Al Hadharah yang dapat membangun masyarakat yang berilmu dan beradab. “Dengan Qur’an, kita bisa menciptakan tradisi ilmu dan membangun institusi-institusi keilmuan yang dapat mendukung pengembangan masyarakat yang beradab,” ujarnya.
Ia melanjutkan, salah satu bukti Al Qur’an sebagai kitab peradaban adalah perintah pertama yang sifatnya universal, yaitu membaca. Membaca dalam perintah tersebut diarahkan supaya melibatkan akal pikiran yang mendalam sehingga menghasilkan riset serta masuk dalam segala kegiatan berpikir dan memperluas keilmuan. Menurutnya, peradaban Islam dibangun atas kesadaran agama yang tentu saja bersumber dari Al Qur’an. “Dalam peradaban Islam, Al Qur’an menjadi sumber inspirasi lahirnya keilmuan baik ilmu di bidang keagamaan maupun keilmuan umum,” ungkapnya.
Rektor UGM, Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med., Sp.OG(K)., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an di kampus ini diharapkan menjadi momentum refleksi bagi seluruh sivitas untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Hal ini karena Al Qur’an berisi pedoman hidup yang lengkap, mulai dari masalah akidah, ibadah, akhlak, hingga hukum-hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat. “Semoga kita semua mampu mengamalkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Al Quran dalam kehidupan sehari-hari terlebih untuk meningkatkan iman dan takwa sekaligus meningkatkan kepedulian ataupun solidaritas sosial bagi sesama,” tuturnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto