Tim Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Universitas Gadjah Mada mengembangkan produk pupuk organik berbasis kotoran kambing dengan percepatan fermentasi 5 hari. Inovasi ini dilakukan mengingat pupuk organik telah menjadi solusi populer dalam dunia pertanian modern.
Selain ramah lingkungan, pupuk organik dinilai memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas tanah dan hasil pertanian. Sementara pertanian konvensional seringkali menggunakan pupuk kimia yang mengakibatkan menguras kesuburan tanah.
“Seiring berjalannya waktu itulah yang terjadi di pertanian konvensional, dan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa pupuk organik semakin diminati,” ujar Mokhammad Fajar Pradipta, M.Eng, Penanggung jawab tim program pengabdian Teknologi Tepat Guna UGM, Kamis (31/8).
Terkait pengembangan pupuk organik tersebut, Fajar Pradipta menuturkan Tim Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Universitas Gadjah Mada melakukan pelatihan pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik secara fermentasi di CV. Berkat Ilahi Farm, Yogyakarta. Di hadapan pemonev DPkM UGM, Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., saat pelatihan di hari Jumat (25/8), ia menyampaikan bila proses fermentasi kotoran kambing yang biasanya sekitar 2 bulan menggunakan starter EM4 maka dengan menggunakan teknologi yang diperkenalkan Tim Pengabdian TTG mampu dipersingkat menjadi 5 hari.
Pupuk organik yang dihasilkannya pun mampu meningkatkan struktur tanah, mempertahankan kelembaban, serta menyediakan nutrisi penting tanpa menimbulkan dampak negatif jangka panjang. Dalam konteks ini, katanya, pupuk yang berbasis kotoran kambing pada akhirnya memiliki kandungan besar seperti unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, serta mikroba yang bermanfaat menjadi pilihan yang menjanjikan.
Fajar Pradipta menandaskan pengembangan pupuk organik berbasis kotoran kambing melalui proses fermentasi memberikan solusi berkelanjutan bagi pertanian modern. Selain mengatasi masalah penggunaan pupuk kimia yang berdampak negatif pada lingkungan dan kualitas tanah, pupuk organik ini juga meningkatkan produktivitas pertanian secara alami.
“Dengan penerapan yang tepat, pupuk organik berbasis fermentasi dapat menjadi langkah penting menuju pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ucapnya.
Selain itu, Tim TTG UGM juga mengembangkan inovasi ramah lingkungan yang lain berupa Briket Arang berbasis Kotoran Kambing. Hal ini dikembangkan sebagai upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Fajar Pradipta menjelaskan pengembangan Briket Arang berbasis Kotoran Kambing sebagai wujud implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, dan melalui Laboratorium (Lab) Kimia Fisik FMIPA UGM mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Pemandatan Laboratorium dengan judul Briket Arang Berbasis Kotoran Kambing di CV. Berkat Ilahi Farm, Yogyakarta.
Dia menjelaskan kotoran kambing sebagai sumber limbah organik memiliki potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Melalui proses pengolahan yang tepat kotoran kambing dapat diubah menjadi bahan baku untuk menghasilkan briket arang.
Proses ini menurutnya tidak hanya mengurangi masalah pencemaran lingkungan yang mungkin timbul dari penanganan limbah, tetapi juga mengurangi penebangan pohon untuk kayu bakar. Sekali lagi, menurutnya, inovasi dalam berbagai bidang menjadi kunci penting.
“Saya kira pengembangan briket arang berbasis kotoran kambing merupakan salah satu inovasi menarik. Dengan memanfaatkan limbah organik dan mengurangi penggunaan kayu sebagai sumber arang bisa dibilang alternatif solusi untuk menuju kondisi ramah lingkungan dalam menghasilkan arang,” terangnya.
Penulis : Agung Nugroho